Selasa, 11 Maret 2014

[FanFiction] Love is Moment | Part 1

Title                : Love is Moment | Part 1
Author             : Chiaki Minaka
Main Cast        : Kim Ryeo Wook - Kim Young Jin
Suport Cast     : Kim Jung Hoon (Prince Manager)
Genre              : Romance, Family
Rated              : General
Length             : Twoshoot
Disc                 : Seluruh cast milik Tuhan dan orangtua masing-masing. DILARANG copy paste tanpa ijin dan menyalahgunakan FF ini. Apalagi untuk kepentingan pribadi. Adanya kesamaan tokoh, alur, setting dan segala atributnya hanyalah ketidaksengajaan.Tidak suka dengan ceritanya, DON’T BASH. RCL tidak diwajibkan, lakukan sesuka kalian, author tak akan memaksa lagi ^^

WARNING TYPO’s!!!
Special untuk Faha, semoga kau suka... mian batal jadiin oneshoot, karena ceritanya agak panjang dan aku bingung mau buat ending seperti apa.. terpaksa aku jadiin 2 part, karena aku udah janji publish malam ini :)



Ketika saat itu tiba, tak ada yang bisa mengelak. Bisakah kau tak seperti mereka, datang dan pergi seenaknya dalam hidupku. Aku mohon. (Kim Ryeo Wook)
Kau banyak berubah, tapi aku tetap mencintaimu. Tak akan ada yang berubah, kaulah satu-satunya lelaki yang memenuhi hatiku. (Kim Young Jin)

---Story Begin---

Han River, 17.00 KST

Awal musim semi yang cerah. Banyak masyarakat Seoul yang menghabiskan waktu senggangnya bersama keluarga. Dari sekian banyak orang, ada seorang pria yang menatap kosong pemandangan indah di depannya. Aliran sungai Han yang teratur sama sekali tak menarik fokus perhatian pria itu.
BRUKK…
Sebuah suara gaduh mengalihkan pandangan pria tersebut. Dia menoleh ke sumber suara yang telah mengacaukan lamunannya. Seorang gadis berambut panjang terlihat kesusahan merapikan buku-buku yang tergeletak di jalanan. Merasa tak tega, pria itu berdiri dari bangku tempatnya duduk. Menghampiri sang gadis berniat memberikan pertolongan.
“Gwaenchanayo?” Pria dengan postur tubuh tak terlalu tinggi itu ikut menjumputi beberapa buku. Sedangkan sang gadis justru diam mendapati pria asing di hadapannya. Ada rasa takut dan curiga dengan sosok tersebut. Bagaimanapun dia harus waspada dengan orang belum dikenal bukan?
“Igo, bukumu. Nona, lututmu—“
“Yak! Tuan, terima kasih kau telah membantuku. Tapi kurasa kau sungguh keterlaluan. Bukankah tidak sopan mengamati tubuh gadis yang baru dikenal, eoh?”
“Mwo? Bukan begi—“
Pria bermarga Kim tersebut kembali terdiam saat perkataannya kembali dipotong. Sang gadis hanya menampilkan wajah datar lalu mengangguk tanda hormat.
“Sekali lagi terima kasih.”
Tak mau menunggu penjelasan dari sang pria, gadis tersebut melengang pergi begitu saja. Pria tadi, Kim Ryeo Wook menatap bingung kepergian gadis yang menurutnya sok tahu tadi. Matanya masih mengawasi punggung gadis bermanik mata coklat itu. Entahlah, dia merasa seperti pernah melihat gadis itu. Hanya saja dia tak mengingat di mana pernah bertemu dengannya.
---ooo---


Young Jin’s Home, 18.00 KST

“Aku pulang.”
“Owh, Young Jin-ah. Anyeong.”
“Oppa.” Pekik gadis yang bernama Young Jin tadi. Dia berlari kecil lalu berhambur ke pelukan seorang pria berperawakan tinggi dan tampan.
“Hei sepupu, jangan terlalu lama memeluk suamiku. Bahkan aku jarang mendapat pelukan seperti itu.”
Young Jin tertawa mendengar protesan kecil dari istri kakak sepupunya. Bulan Desember lalu sang kakak melepas masa lajangnya. Tak heran, umurnya sudah pantas untuk membina keluarga.
“Jung Hoon Oppa, bagaimana bisa kau memilih istri secerewet dia? Ck,” sebuah cibiran lolos dari bibir mungil Young Jin. Mendengar keterus-terangan adik sepupunya, Jung Hoon mengulum senyum.
“Karena jika aku mencari gadis sepertimu, tak akan ada yang mengurus kebutuhanku nantinya. Sedangkan aku sendiri sudah terlalu sibuk mengurus 9 namja popular itu.”
“Ah matta. Nyonya Kim, rawat kakakku ini dengan baik ne.”
“Tanpa kau minta aku juga akan menjaga suamiku, Young-ah. Em… kakimu kenapa? Kau jatuh?”
“Eoh?” Young Jin melihat keadaan kakinya. Lutut kirinya terlihat kotor, ada noda merah di sana. Darah dari luka kecil yang bertengger di kakinya sudah mengering.
“Pantas saja aku merasa nyeri.”
“Yak, pabo yeoja. Bagaimana bisa kau tak menyadari jika kakimu terluka?” Jung Hoon menaikkan nada bicaranya. Ada sebersit kekhawatiran dari kalimat yang dia lontarkan.
Young Jin meringis kecil, dia menyerahkan setumpuk buku di tangannya pada Jung Hoon. Lalu melangkah ke sofa, mengistirahatkan otot-ototnya yang kaku. Dia mengamati luka di kakinya. Tak terlalu besar, tapi kalau dibiarkan bisa infeksi.
“Eonni, bisa kau ambilkan air hangat dan handuk. Aku harus mengobati kakiku. Sekalian kotak obat, jebal.”
“Hem, tunggu sebentar. Aku akan memanggil bibi Kim juga. Ck, kau ini. Sungguh teledor, Young-ah.”
Jung Hoon tersenyum melihat kedekatan istri dan adik sepupunya ini. Sejak kecil Young Jin memang dekat dengan Jung Hoon. Sebagai anak tunggal keluarga Kim, Jung Hoon yang merasa senasib dengan Young Jin saling menjaga satu sama lain. Jung Hoon mendekat, meletakkan buku-buku Young Jin di meja yang ada di depan mereka. Ditatapnya penuh sayang sepupu yang sudah dianggap seperti saudara kandung bagi Jung Hoon ini.
“Appo?”
“Ani. Aku bahkan tak merasakan sakit sama sekali.”
Young Jin menerawang, teringat sesuatu yang berhubungan dengan luka kecilnya. Jemari Young Jin mengusap dagu runcing miliknya. Seandainya ini seperti karaker dalam komik. Bisa dibayangkan kepala Young Jin tertimpa batu-batu besar. Menyadari kebodohannya saat di tepi sungai Han tadi sore.
“Pabo.” Tanpa sadar Young Jin berdecak kesal. Dia malu jika harus bertemu dengan pria bermasker tadi sore. Sialnya karena pria itu memakai masker, Young Jin tidak bisa mengenalinya. Selain itu topi hitam melekat dan menutupi wajah pria tadi.
“Mworago?”
“Ani… aniya Oppa… bukan apa-apa.”
“Kau yakin?”
Sebuah anggukan diberikan Young Jin sebagai jawaban atas pertanyaan Jung Hoon. Di saat bersamaan datang dua orang wanita cantik mendekat ke arah mereka. Nyonya Kim, ibu Young Jin dan istri Jung Hoon.
---ooo---

Han River, 18.30 KST

Ryeo Wook masih termenung di bangkunya tadi. Kini pandangannya tak lagi kosong. Sebuah kekehan sesekali terlepas dari bibirnya. Kejadian lucu yang dialaminya tadi sore meninggalkan kesan teramat dalam pada diri Ryeo Wook. Entah mengapa, dia ingin bertemu sekali lagi dengan gadis manis yang dengan ceroboh meninggalkan dompetnya yang terjatuh.
Selang lima menit kepergian gadis yang dari kartu identitas di dompet tersebut bernama Kim Young Jin, Ryeo Wook menemukan dompet berwarna ungu muda itu. Tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Young Jin, pantas saja aku merasa pernah melihatmu. Ternyata kau sepupu manager Hyung. Haruskah aku mengembalikan dompet ini sekarang? Atau sebaiknya aku menunggumu untuk mencariku? Tapi bagaimana bisa kau menemukan, aku memakai masker dan topi. Pasti kau sulit menemukanku.”
Ryeo Wook bermonolog menjawab kerisauan hatinya. Dia menatap selembar foto yang menampilkan seorang pria yang sangat dikenalnya, dan gadis yang tadi sore ditemuinya. Dua hari ini isi kepalanya sudah dipenuhi dengan suasana dorm yang sedikit memanas akibat keputusan Sung Min. Bahkan setan magnae yang selalu menjahili dirinya maupun Eunhyuk, dua hari ini terlihat diam. Lebih sibuk menatap PSP kesayangannya. Berbicara seperlunya saja. Hee Chul yang biasa membuat keributan juga melakukan aksi serupa. Dia sering mengurung diri di kamar. Capek karena jadwalnya yang padat, kata pria cantik itu. Namun Ryeo Wook sangat yakin, tingkah aneh kakak dan adiknya itu ada kaitannya dengan Sung Min.
Meski sulit mengakui, namun Ryeo Wook pun sedih mendengar ini. Yesung, sang main vocal sekaligus kakak kesayangannya masih menjalankan tugas. Leader mereka, Leeteuk, belum keluar wamil. Jika Sung Min ikut menyusul, lalu bagaimana nasib Super Junior? Itulah yang selama dua jam ini dia renungkan. Sungguh, dia merasa takut menghadapi kenyataan itu.
“Sebaiknya aku mengembalikan ini, siapa tahu kau membutuhkannya.”
Ryeo Wook meraih saku mantelnya. Mencari ponsel hitam kesayangannya. Ditelusurinya kontak yang ada pada layar datar tersebut. Senyumnya terkembang saat menemukan nama yang dicarinya. JH Manager.
“Yeobseyo.”
“Hyung.”
“Eoh? Wae Wookie? Apa ada masalah di dorm?”
“Aniya. Hem… Hyung, apa kau mengenal gadis bernama Kim Young Jin?”
“Young Jin? Gadis berambut panjang dengan poni?”
“Kurasa, iya.”
“Yak! Bagaimana bisa kau mengenal uri Young Jin. Dia sepupuku. Waeyo?”
“Bisakah aku menemuinya sekarang? Ada urusan penting di antara kami yang belum terselesaikan. Bisa kau mengirimiku alamat rumah Young Jin. Jebalyo.”
“Arraseo. Aku akan memberikan alamat rumahnya. Kebetulan aku sedang berkunjung di rumah Young Jin. Aku tunggu kedatanganmu.”
PIP…
Sambungan telepon terputus. Ryeo Wook tersenyum sumringah melihat pesan dari Jung Hoon. Alamat yang diberikan letaknya tak jauh dari sungai Han.
---ooo---

Young Jin’s Home, 20.00 KST

Suara bel memenuhi kediaman keluarga Kim. Jung Hoon yang sudah mengetahui tamunya, segera berlari ke pintu depan.
“Biar aku yang buka.” Teriaknya sambil lalu. Sang istri hanya menggeleng pelan melihat tingkah suaminya.
Tepat dugaan Jung Hoon, di hadapannya kini berdiri sosok Ryeo Wook. Ryeo Wook tersenyum dibalik masker dan topi hitamnya. Diangkatnya bingkisan yang menggantung di tangan kanannya. Mengisyaratkan pada Jung Hoon untuk membantunya.
“Kukira kau tak jadi datang.” Jung Hoon mundur beberapa langkah. Mempersilakan tamunya untuk masuk. Tangannya meraih bingkisan yang dibawa Ryeo Wook. Ryeo Wook dengan tenang melepas penyamarannya. Kemudian mengekor di belakang Jung Hoon.
“Oppa, siapa ya—“
Kata-kata Young Jin terputus. Dibalik tubuh tegap Jung Hoon dia dapat mengenali pria imut yang lebih pendek dari sodara sepupunya tersebut. Siapa yang tidak mengenal pria tampan ini? Kim Ryeo Wook, member Super Junior yang terkenal pintar memasak dan memiliki suara merdu. Young Jin mematung. Dia tak percaya bisa bertatap muka langsung dengan sosok Ryeo Wook. Pria yang diam-diam disukainya dua tahun ini.
Meskipun Young Jin tahu jika Jung Hoon manager mereka. Young Jin menyimpan rapat-rapat perasaannya. Justru dia tidak ingin Jung Hoon mengetahuinya. Rahasia yang hanya diketahuinya seorang, Kim Young Jin memendam rasa pada seorang Kim Ryeo Wook.
“Ehm,” dehaman Ryeo Wook mengembalikan kesadaran Young Jin. Jung Hoon menatap heran dua makhluk beda jenis ini.
“Punyamu. Tadi tertinggal saat di sungai Han.”
“Eh? Tapi bagaimana bisa ka—“
Young Jin mengamati Ryeo Wook dari ujung ramput hingga sepatu. Seolah ingin menelanjangi pria imut tersebut. Mendapat tatapan demikian, Ryeo Wook menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal. Sangat canggung. Dan kikuk.
"Kau... seolma..."
"Ne, kau benar. Aku yang tadi sore membantu membereskan buku-bukumu. Tapi... ehm... kau malah mengira aku berbuat tak sopan."
Semburat merah tercipta di pipi Young Jin. Dia teramat malu mengingat kejadian tadi sore. Bahkan dia tak menyangka jika orang yang dituduhnya telah melecehkan dirinya adalah Ryeo Wook, idolanya. Kepala Young Jin tertunduk, dia tak berani memandang Ryeo Wook. Seandainya Doraemon itu benar-benar ada, dia ingin pinjam pintu kemana saja untuk mengenyahkan dirinya. Menghilang dari hadapan Ryeo Wook detik ini juga.
Jung Hoon yang mulai mengerti permasalahan di antara mereka hanya menggeleng pelan. Dia menuju dapur, meninggalkan Ryeo Wook dan Young Jin agar menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.
"Jadi Nona manis. Namamu Young Jin, geutchi?"
Hening. Young Jin masih tertunduk. Tangannya memilin ujung sweater yang dia kenakan.
"Dan seingatku manager Hyung pernah bercerita jika kau seorang designer."
Takut membuat kesal lawan bicaranya. Young Jin mengangguk. Lidahnya masih kelu. Belum mampu berkata-kata maupun sekadar menjawab pertanyaan mudah dari Ryeo Wook.
"Baiklah. Mulai besok kaulah yang harus mendesain kostum panggung Super Junior." 
"MWO?"

---TBC---
 

1 komentar:

  1. Eh pendek,
    Ain, aku sukaaaaa ceritanya.
    Sebenernya ini bisa dijadiin oneshoot.
    tp dipartin jg gapapa. tapi nanti dipanjangin lagi ya mak

    BalasHapus