Author : Chiaki Minaka
Main Cast : Kim Ryeo Wook - Kim Young Jin
Suport Cast : Kim Jung Hoon (Prince Manager)
Genre : Romance, Family
Rated : General
Length : Twoshoot
Disc : Seluruh cast milik Tuhan dan orangtua masing-masing. DILARANG copy paste tanpa ijin dan menyalahgunakan FF ini. Apalagi untuk kepentingan pribadi. Adanya kesamaan tokoh, alur, setting dan segala atributnya hanyalah ketidaksengajaan.Tidak suka dengan ceritanya, DON’T BASH. RCL tidak diwajibkan, lakukan sesuka kalian, author tak akan memaksa lagi ^^
WARNING TYPO’s!!!
Special untuk Faha, semoga kau suka... mian batal jadiin oneshoot, karena ceritanya agak panjang dan aku bingung mau buat ending seperti apa.. terpaksa aku jadiin 2 part, karena aku udah janji publish malam ini :)
Ketika saat itu tiba, tak
ada yang bisa mengelak. Bisakah kau tak seperti mereka, datang dan pergi
seenaknya dalam hidupku. Aku mohon. (Kim Ryeo Wook)
Kau banyak berubah, tapi
aku tetap mencintaimu. Tak akan ada yang berubah, kaulah satu-satunya lelaki yang
memenuhi hatiku. (Kim Young Jin)
---Story Begin---
Han River, 17.00 KST
Awal musim semi yang cerah. Banyak masyarakat Seoul yang
menghabiskan waktu senggangnya bersama keluarga. Dari sekian banyak orang, ada
seorang pria yang menatap kosong pemandangan indah di depannya. Aliran sungai
Han yang teratur sama sekali tak menarik fokus perhatian pria itu.
BRUKK…
Sebuah suara gaduh mengalihkan pandangan pria tersebut. Dia
menoleh ke sumber suara yang telah mengacaukan lamunannya. Seorang gadis
berambut panjang terlihat kesusahan merapikan buku-buku yang tergeletak di jalanan.
Merasa tak tega, pria itu berdiri dari bangku tempatnya duduk. Menghampiri sang
gadis berniat memberikan pertolongan.
“Gwaenchanayo?” Pria dengan postur tubuh tak terlalu tinggi
itu ikut menjumputi beberapa buku. Sedangkan sang gadis justru diam mendapati
pria asing di hadapannya. Ada rasa takut dan curiga dengan sosok tersebut.
Bagaimanapun dia harus waspada dengan orang belum dikenal bukan?
“Igo, bukumu. Nona, lututmu—“
“Yak! Tuan, terima kasih kau telah membantuku. Tapi kurasa
kau sungguh keterlaluan. Bukankah tidak sopan mengamati tubuh gadis yang baru
dikenal, eoh?”
“Mwo? Bukan begi—“
Pria bermarga Kim tersebut kembali terdiam saat perkataannya
kembali dipotong. Sang gadis hanya menampilkan wajah datar lalu mengangguk
tanda hormat.
“Sekali lagi terima kasih.”
Tak mau menunggu penjelasan dari sang pria, gadis tersebut
melengang pergi begitu saja. Pria tadi, Kim Ryeo Wook menatap bingung kepergian
gadis yang menurutnya sok tahu tadi. Matanya masih mengawasi punggung gadis
bermanik mata coklat itu. Entahlah, dia merasa seperti pernah melihat gadis
itu. Hanya saja dia tak mengingat di mana pernah bertemu dengannya.
---ooo---
Young Jin’s Home, 18.00 KST
“Aku pulang.”
“Owh, Young Jin-ah. Anyeong.”
“Oppa.” Pekik gadis yang bernama Young Jin tadi. Dia berlari
kecil lalu berhambur ke pelukan seorang pria berperawakan tinggi dan tampan.
“Hei sepupu, jangan terlalu lama memeluk suamiku. Bahkan aku
jarang mendapat pelukan seperti itu.”
Young Jin tertawa mendengar protesan kecil dari istri kakak
sepupunya. Bulan Desember lalu sang kakak melepas masa lajangnya. Tak heran,
umurnya sudah pantas untuk membina keluarga.
“Jung Hoon Oppa, bagaimana bisa kau memilih istri secerewet
dia? Ck,” sebuah cibiran lolos dari bibir mungil Young Jin. Mendengar keterus-terangan
adik sepupunya, Jung Hoon mengulum senyum.
“Karena jika aku mencari gadis sepertimu, tak akan ada yang
mengurus kebutuhanku nantinya. Sedangkan aku sendiri sudah terlalu sibuk
mengurus 9 namja popular itu.”
“Ah matta. Nyonya Kim, rawat kakakku ini dengan baik ne.”
“Tanpa kau minta aku juga akan menjaga suamiku, Young-ah. Em…
kakimu kenapa? Kau jatuh?”
“Eoh?” Young Jin melihat keadaan kakinya. Lutut kirinya
terlihat kotor, ada noda merah di sana. Darah dari luka kecil yang bertengger
di kakinya sudah mengering.
“Pantas saja aku merasa nyeri.”
“Yak, pabo yeoja. Bagaimana bisa kau tak menyadari jika kakimu
terluka?” Jung Hoon menaikkan nada bicaranya. Ada sebersit kekhawatiran dari
kalimat yang dia lontarkan.
Young Jin meringis kecil, dia menyerahkan setumpuk buku di
tangannya pada Jung Hoon. Lalu melangkah ke sofa, mengistirahatkan otot-ototnya
yang kaku. Dia mengamati luka di kakinya. Tak terlalu besar, tapi kalau
dibiarkan bisa infeksi.
“Eonni, bisa kau ambilkan air hangat dan handuk. Aku harus
mengobati kakiku. Sekalian kotak obat, jebal.”
“Hem, tunggu sebentar. Aku akan memanggil bibi Kim juga. Ck,
kau ini. Sungguh teledor, Young-ah.”
Jung Hoon tersenyum melihat kedekatan istri dan adik
sepupunya ini. Sejak kecil Young Jin memang dekat dengan Jung Hoon. Sebagai
anak tunggal keluarga Kim, Jung Hoon yang merasa senasib dengan Young Jin saling
menjaga satu sama lain. Jung Hoon mendekat, meletakkan buku-buku Young Jin di
meja yang ada di depan mereka. Ditatapnya penuh sayang sepupu yang sudah
dianggap seperti saudara kandung bagi Jung Hoon ini.
“Appo?”
“Ani. Aku bahkan tak merasakan sakit sama sekali.”
Young Jin menerawang, teringat sesuatu yang berhubungan
dengan luka kecilnya. Jemari Young Jin mengusap dagu runcing miliknya.
Seandainya ini seperti karaker dalam komik. Bisa dibayangkan kepala Young Jin
tertimpa batu-batu besar. Menyadari kebodohannya saat di tepi sungai Han tadi
sore.
“Pabo.” Tanpa sadar Young Jin berdecak kesal. Dia malu jika
harus bertemu dengan pria bermasker tadi sore. Sialnya karena pria itu memakai
masker, Young Jin tidak bisa mengenalinya. Selain itu topi hitam melekat dan
menutupi wajah pria tadi.
“Mworago?”
“Ani… aniya Oppa… bukan apa-apa.”
“Kau yakin?”
Sebuah anggukan diberikan Young Jin sebagai jawaban atas
pertanyaan Jung Hoon. Di saat bersamaan datang dua orang wanita cantik mendekat
ke arah mereka. Nyonya Kim, ibu Young Jin dan istri Jung Hoon.
---ooo---
Han River, 18.30 KST
Ryeo Wook masih termenung di bangkunya tadi. Kini
pandangannya tak lagi kosong. Sebuah kekehan sesekali terlepas dari bibirnya. Kejadian
lucu yang dialaminya tadi sore meninggalkan kesan teramat dalam pada diri Ryeo
Wook. Entah mengapa, dia ingin bertemu sekali lagi dengan gadis manis yang
dengan ceroboh meninggalkan dompetnya yang terjatuh.
Selang lima menit kepergian gadis yang dari kartu identitas
di dompet tersebut bernama Kim Young Jin, Ryeo Wook menemukan dompet berwarna
ungu muda itu. Tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Young Jin, pantas saja aku merasa pernah melihatmu. Ternyata
kau sepupu manager Hyung. Haruskah aku mengembalikan dompet ini sekarang? Atau
sebaiknya aku menunggumu untuk mencariku? Tapi bagaimana bisa kau menemukan,
aku memakai masker dan topi. Pasti kau sulit menemukanku.”
Ryeo Wook bermonolog menjawab kerisauan hatinya. Dia menatap
selembar foto yang menampilkan seorang pria yang sangat dikenalnya, dan gadis
yang tadi sore ditemuinya. Dua hari ini isi kepalanya sudah dipenuhi dengan suasana dorm yang
sedikit memanas akibat keputusan Sung Min. Bahkan setan magnae yang selalu
menjahili dirinya maupun Eunhyuk, dua hari ini terlihat diam. Lebih sibuk
menatap PSP kesayangannya. Berbicara seperlunya saja. Hee Chul yang biasa
membuat keributan juga melakukan aksi serupa. Dia sering mengurung diri di
kamar. Capek karena jadwalnya yang padat, kata pria cantik itu. Namun Ryeo Wook
sangat yakin, tingkah aneh kakak dan adiknya itu ada kaitannya dengan Sung Min.
Meski sulit mengakui, namun Ryeo Wook pun sedih mendengar
ini. Yesung, sang main vocal sekaligus kakak kesayangannya masih menjalankan
tugas. Leader mereka, Leeteuk, belum keluar wamil. Jika Sung Min ikut menyusul,
lalu bagaimana nasib Super Junior? Itulah yang selama dua jam ini dia
renungkan. Sungguh, dia merasa takut menghadapi kenyataan itu.
“Sebaiknya aku mengembalikan ini, siapa tahu kau
membutuhkannya.”
Ryeo Wook meraih saku mantelnya. Mencari ponsel hitam
kesayangannya. Ditelusurinya kontak yang ada pada layar datar tersebut.
Senyumnya terkembang saat menemukan nama yang dicarinya. JH Manager.
“Yeobseyo.”
“Hyung.”
“Eoh? Wae Wookie? Apa ada masalah di dorm?”
“Aniya. Hem… Hyung, apa kau mengenal gadis bernama Kim Young
Jin?”
“Young Jin? Gadis berambut panjang dengan poni?”
“Kurasa, iya.”
“Yak! Bagaimana bisa kau mengenal uri Young Jin. Dia
sepupuku. Waeyo?”
“Bisakah aku menemuinya sekarang? Ada urusan penting di
antara kami yang belum terselesaikan. Bisa kau mengirimiku alamat rumah Young
Jin. Jebalyo.”
“Arraseo. Aku akan memberikan alamat rumahnya. Kebetulan aku
sedang berkunjung di rumah Young Jin. Aku tunggu kedatanganmu.”
PIP…
Sambungan telepon terputus. Ryeo Wook tersenyum sumringah
melihat pesan dari Jung Hoon. Alamat yang diberikan letaknya tak jauh dari
sungai Han.
---ooo---
Young Jin’s Home, 20.00 KST
Suara bel memenuhi kediaman keluarga Kim. Jung Hoon yang
sudah mengetahui tamunya, segera berlari ke pintu depan.
“Biar aku yang buka.” Teriaknya sambil lalu. Sang istri hanya
menggeleng pelan melihat tingkah suaminya.
Tepat dugaan Jung Hoon, di hadapannya kini berdiri sosok Ryeo
Wook. Ryeo Wook tersenyum dibalik masker dan topi hitamnya. Diangkatnya
bingkisan yang menggantung di tangan kanannya. Mengisyaratkan pada Jung Hoon
untuk membantunya.
“Kukira kau tak jadi datang.” Jung Hoon mundur beberapa
langkah. Mempersilakan tamunya untuk masuk. Tangannya meraih bingkisan yang
dibawa Ryeo Wook. Ryeo Wook dengan tenang melepas penyamarannya. Kemudian
mengekor di belakang Jung Hoon.
“Oppa, siapa ya—“
Kata-kata Young Jin terputus. Dibalik tubuh tegap Jung Hoon
dia dapat mengenali pria imut yang lebih pendek dari sodara sepupunya tersebut.
Siapa yang tidak mengenal pria tampan ini? Kim Ryeo Wook, member Super Junior
yang terkenal pintar memasak dan memiliki suara merdu. Young Jin mematung. Dia
tak percaya bisa bertatap muka langsung dengan sosok Ryeo Wook. Pria yang
diam-diam disukainya dua tahun ini.
Meskipun Young Jin tahu jika Jung Hoon manager mereka. Young
Jin menyimpan rapat-rapat perasaannya. Justru dia tidak ingin Jung Hoon
mengetahuinya. Rahasia yang hanya diketahuinya seorang, Kim Young Jin memendam
rasa pada seorang Kim Ryeo Wook.
“Ehm,” dehaman Ryeo Wook mengembalikan kesadaran Young Jin.
Jung Hoon menatap heran dua makhluk beda jenis ini.
“Punyamu. Tadi tertinggal saat di sungai Han.”
“Eh? Tapi bagaimana bisa ka—“
Young Jin mengamati Ryeo Wook dari ujung ramput hingga
sepatu. Seolah ingin menelanjangi pria imut tersebut. Mendapat tatapan
demikian, Ryeo Wook menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal. Sangat canggung.
Dan kikuk.
"Kau... seolma..."
"Ne, kau benar. Aku yang tadi sore membantu membereskan
buku-bukumu. Tapi... ehm... kau malah mengira aku berbuat tak sopan."
Semburat merah tercipta di pipi Young Jin. Dia teramat malu
mengingat kejadian tadi sore. Bahkan dia tak menyangka jika orang yang
dituduhnya telah melecehkan dirinya adalah Ryeo Wook, idolanya. Kepala Young
Jin tertunduk, dia tak berani memandang Ryeo Wook. Seandainya Doraemon itu
benar-benar ada, dia ingin pinjam pintu kemana saja untuk mengenyahkan dirinya.
Menghilang dari hadapan Ryeo Wook detik ini juga.
Jung Hoon yang mulai mengerti permasalahan di antara mereka
hanya menggeleng pelan. Dia menuju dapur, meninggalkan Ryeo Wook dan Young Jin
agar menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.
"Jadi Nona manis. Namamu Young Jin, geutchi?"
Hening. Young Jin masih tertunduk. Tangannya memilin ujung
sweater yang dia kenakan.
"Dan seingatku manager Hyung pernah bercerita jika kau
seorang designer."
Takut membuat kesal lawan bicaranya. Young Jin mengangguk.
Lidahnya masih kelu. Belum mampu berkata-kata maupun sekadar menjawab
pertanyaan mudah dari Ryeo Wook.
"Baiklah. Mulai besok kaulah yang harus mendesain kostum panggung Super Junior."
"MWO?"
---TBC---
---TBC---
Eh pendek,
BalasHapusAin, aku sukaaaaa ceritanya.
Sebenernya ini bisa dijadiin oneshoot.
tp dipartin jg gapapa. tapi nanti dipanjangin lagi ya mak