Senin, 12 November 2012

[FanFiction] Destiny



Sekali lagi author buat FF untuk mengikuti lomba. Jika pernah baca disuatu tempat, it's mine :)
Don't Bash  ^^

Title                 : Destiny
Author             : Young (Y)
Acc Twitter     : @aimyeong
Main Cast        : Yesung & Gyouri
Co Cast           : Kim Kibum, Hyuna, Lee Sungmin, Han Ha Rim
                          Guru Kang, Nyonya Han
Genre               : Friendship, Romance, Sad
Rating               : General
Disclaimer        : Cerita ini murni dari otak saya, kesamaan tokoh dan tempat hanyalah ketidaksengajaan belaka. So, don't bash me.


Author POV_
Yesung seorang siswa di SM SHS (Senior High School). Ini merupakan tahun kedua di SM. Dia seorang namja yang pintar namun tidak begitu popular, padahal wajahnya juga lumayan. Yesung selalu berada dibawah bayang-bayang kakaknya, Kibum. Kibum hanya berbeda satu tahun dengan Yesung. Dia sangat tampan dan sangat popular dikalangan yeoja, apalagi semenjak dia menjadi leader tim basket sekolah.




Yesung POV_
“Diumumkan kepada siswa tingkat 2 yang ingin mendaftar menjadi ketua MPK dimohon segera mengirimkan CV ke ruang MPK.”
Aish.. pengumuman itu benar2 menganggu konsentrasiku. Kataku dalam hati sambil mengacak-acak rambut.
“Yesung-ah, kenapa kau kesal seperti itu?” Tanya Sungmin.
Lee Sungmin adalah sahabatku sejak tingkat satu. Kebetulan di tingkat dua ini kami sekelas lagi. Hampir tak ada rahasia di antara kami.
“Ne, kenapa kau terlihat kacau sekali Yesung-ah?” Ulang Hyuna.
Aku mengenal Hyuna sejak awal tahun kedua di SM. Dia seorang yeoja yang sangat baik dan sangat mudah bergaul. Dalam waktu singkat kami bertiga menjadi sahabat.
“Anni, aku hanya kesal mendengar pengumuman tadi.” Keluhku pada kedua sahabatku.
“Ahh.. kau takut kalah saing dengan si murid baru ne?” goda Hyuna.
“Yak, mana mungkin aku takut sama si anak manja itu.”
“Mwo?? Jadi Ha Rim ikut mencalonkan diri menjadi ketua MPK?” kata Sungmin kaget.
Terang saja Han Ha Rim adalah saudaranya, yeoja cantik dari kelas sebelah ialah murid baru di SM SHS. Aku dengar dari namja di kelasku dia pindahan dari ELF SHS. Yeoja ini telah merebut peringkat pertama parallel pada kenaikan tingkat kemarin, peringkat yang semula adalah milikku.

Ha Rim POV_
“Guru memanggilku?”
“Ne, Rim-ah, masuklah.”
“Ada apa guru?”
“Tunggu sebentar ne. Temanmu belum datang.”
“Nuguseyo?” tanyaku pada Guru Kang.
Tok..tok..tok..  Kutengok kearah pintu, mengapa dia disini? Tanyaku pada diri sendiri.
“Owh, kau sudah datang Yesung-ah. Duduklah.”
“Kamsahamnida.”
“Saya akan menjelaskan tujuan saya memanggil kalian. Kalian berdua terpilih sebagai siswa yang akan mewakili lomba menyanyi tingkat regional.”
Penjelasan guru Kang membuatku terkejut, kulihat Yesung juga terkejut mendengarnya.
“Tapi guru..” sela Yesung.
“Tapi apa Yesung-ah? Saya tahu kalian berdua memiliki suara yang merdu dan khas. Siapa lagi yang pantas mewakili sekolah kita kalau bukan kalian. Saya mohon kerjasama kalian. Arraseo?”
“Ne, arraseo guru.” Jawabku dan yesung bersamaan.
Kami keluar dari ruang guru Kang bersama-sama. Baru beberapa langkah…
“Yak, Yesung-ah, mengapa kau dengan mudah setuju?”
“Mwo? Kau sendiri? Mengapa setuju begitu saja. Aku sebenarnya juga malas berduet denganmu. Aish.. menyebalkan sekali.”
“Yak, kau pikir aku juga mau berduet denganmu?”
“Ne ne ne, aku melakukan semua ini hanya untuk sekolah. Arra? Sepulang sekolah kutunggu kau di ruang latihan vocal.” Kata Yesung sambil lalu.
Aku dan Yesung selalu bertengkar, mungkin dia masih kesal karena aku merebut peringkat pertama darinya.
“Jin-ah, bogoshipoyo.” Kataku lirih.

Yesung POV_
Dirumah aku mengurung diri dikamar  memikirkan apa yang harus aku lakukan. Berduet dengan orang yang selama ini memusuhiku. Ahh.. sungguh tak mengasyikkan.
“Yesung-ah, aku masuk ne.” Aku tatap Hyungku. Dia begitu sempurna, tampan, dan popular. Sedangkan aku, semua orang mengenalku hanya karena aku adiknya Kibum.
“Waeyo hyung?”
“Makan malam sudah siap, kajja kita makan. Appa dan eomma sudah menunggu kita.
“Aku tidak lapar hyung. Kalian duluan saja.”
“Yak, kau ini. Apa kau memikirkan soal MPK? Kalau tidak PD tak usah kau nekad mencalonkan diri. Mundur sajalah. Dasar anak manja.” Kata Kibum sambil berjalan keluar kamarku.
Kata-katanya memang benar, aku merasa minder dengan diriku sendiri. Tak ada yang bisa aku andalkan dari diriku. Apa yang aku lakukan selalu dibanding-bandingkan dengan Kibum.
“Ne hyung, kau benar. Akupun ragu akan kemampuanku.”

Author POV_
Yesung dan Ha Rim memutuskan untuk kerjasama demi kemenangan SM SHS. Mereka memilih lagu First Love untuk lomba. Guru Kang melatih mereka berdua hingga menemukan nada yang cocok. Setelah berlatih selama satu bulan, hari perlombaan pun tiba.

Yesung POV_
Prokk.. prokk.. prok.. Suara tepuk tangan memenuhi auditorium SM SHS.
“Kita berhasil.” Kata Ha Rim. Aku hanya tersenyum mendengar perkataan yeoja disebelahku.
“Ne, chukkae.” Kataku sambil mengajaknya untuk berjabat tangan. Tanpa kuduga dia menerima ajakanku. Bahkan terukir senyum manis dibibirnya.
“Anneyong haseyo.” Sapa seorang yeoja yang menurutku, ehm, sangat manis.
“Anneyong.”
“Aku tadi melihat penampilan kalian, sungguh indah. Gyouri imnida.”
“Kim Jon Woon imnida panggil saja Yesung, dan ini temanku Ha Rim. Gomawo.”
“Senang berkenalan denganmu. Em.. aku duluan ne. Rombonganku sudah mau pulang. Pai pai.”
Aish.. Gyouri nama yang cantik, secantik pemilikinya. Kataku dalam hati dan tanpa kusadari terbentuk senyum diwajahku.
“Ehm.” Suara Ha Rim menyadarkanku. “Fall in love ne.” ledeknya.
“Anniya.” Sangkalku.
“Yesung-ah, maukah kau menjadi temanku?”
Mwo? Apa aku tak salah dengar? Mollayo. Kataku dalam hati.
“Ne. Bukankah kita memang berteman.” Yak, aku dapat kata-kata mutiara darimana?
“Gomawo, Yesung-ah.”

Author POV_
Semakin hari Yesung dan Ha Rim semakin dekat. Sungmin dan Hyuna terheran-heran dengan perubahan sifat keduanya, tadinya keduanya seperti anjing dan kucing namun sekarang menjadi sepasang merpati. Sampai suatu hari, Ha Rim mengajak Yesung main ke rumahnya.

Yesung POV_
“Anneyong ahjumma.” Sapaku pada nyonya Han, eomma Ha Rim.
“Anneyong. Masuklah nak.”
 “Yesung-ah, aku ke atas dulu ne. Aku mau ganti baju.” Kata Ha Rim.
“Ne. Jangan lama-lama.” Aku merasa asing, ini pertama kalinya berkunjung kerumah Ha Rim
“Kau sudah lama berteman dengan Ha Rim, nak?” Tanya nyonya Han. “Gomawo karena kau mau menjadi teman Ha Rim.”
Aku tak tahu maksud perkataan nyonya Han. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
“Dulu Ha Rim anak yang ramah dan periang. Tapi sejak…” kulihat nyonya Han meneteskan air mata. “Ahjumma, neo gwaenchana?”
“Gwaenchana Yesung-ah, aku hanya teringat Ha Jin. Saudara kembar Ha Rim. Lima tahun yang lalu Ha Jin meninggalkan kami semua, dia menyusul ayahnya di surga.”
Deg.. surga? Maksudnya Ha Jin sudah meninggal.
“Lima tahun yang lalu Ha Rim dan Ha Jin kecelakaan cukup parah. Ayahnya meninggal seketika di tempat kejadian. Ha Jin dan Ha Rim koma beberapa hari, mereka bertahan. Ha Jin anak yang pendiam dan selalu melindungi Ha Rim. Sedangkan Ha Rim anak ceria dan sedikit nakal.” Nyonya Han sedikit terkekeh. “Ha Rim sangat terpukul dan kehilangan Ha Jin saat mengetahui kakaknya tak mampu melalui masa kritisnya. Sejak saat itu, Ha Rim berubah menjadi anak pendiam dan ketus. Ahh.. ahjumma sangat senang Ha Rim mengajak kamu kesini. Ha Rim tak pernah mengajak temannya kerumah. Yesung-ah, gomawo.”
“Ne ahjumma, aku juga senang memiliki teman seperti Ha Rim. Ahjumma, mengapa Ha Rim ak juga keluar?” tanyaku penasaran.
“Mungkin dia sedang diperpustakaan, kau masuk saja Yesung-ah. Kajja, ahjumma antar.”

Ha Rim POV_
“Hai.” Sapa Yesung. “Emm.” Jawabku malas.
“Waeyo?” Tanya Yesung polos. “Eomma pasti sudah cerita semua.” Kataku lirih. “Sedikit.”
“Sudah sampai bagian Ha Jin meninggal? Ne, Ha Jin. Kakakku yang pintar dan disukai semua orang. Semua orang meyayangkan kepergiannya, seolah-olah mereka berkata kenapa bukan aku saja yang pergi dan Ha Jin yang selamat.” Kini aku tak mampu lagi membendung air mataku.
Kurasakan pelukan Yesung menenangkanku.
“Rim-ah, anni, tak ada yang berpikiran seperti itu. Itu hanya perasaanmu saja. Uljimma.”
Untuk beberapa saat aku tak ingin melepaskan pelukan Yesung. Aku merasa damai dan tenang, sampai akhirnya aku tertidur.

Author POV_
Selama satu minggu ada trainee untuk calon pengurus MPK. Di tempat trainee, tanpa disangka Yesung bertemu kembali dengan Gyouri. Gyouri juga mencalonkan diri sebagai pengurus MPK.

Gyouri POV_
Aku senang dapat bertemu lagi dengannya. Apakah ini takdir? Namja ini membuat jantungku berdegup lebih kencang jika berada di dekatnya. Aish.. apa aku sudah jatuh cinta pada namja dingin ini. Tapi aku benar-benar tersihir dengan pesonanya.
“Yesung-ah.” Sapaku memberanikan diri duduk disebelahnya melihat pentas seni yang berlangsung.
“Anneyong Gyouri-ya.” Kyaa.. suaranya seperti melodi merdu yang menyapa telingaku.
Kami bercakap-cakap tentang lomba yang lalu. Tiba-tiba…
“Awas.” Sebuah teriakan terdengar. Kulihat ada sebuah tongkat melayang kearah Yesung. Refleks aku menghadangnya.. Tuk.. tongkat itu mengenai pelipis kiriku. Kurasakan ada yang mengalir, merah, darah, gelap.. aku pun jatuh pingsan.

Yesung POV_
Awas.” Ha Rim berteriak kencang.
“Gyouri-ya, Gyouri-ya. Yak, Yesung-ah, kenapa kau hanya diam saja. Bantu aku membawa Gyouri ke ruang kesehatan. Palli.”
Aku tersadar, kulihat wajah panik Ha Rim. Dan Gyouri, pelipisnya terluka karenaku. Segera kugendong Gyouri ke ruang kesehatan. Setelah satu jam lebih, akhirnya Gyouri sadar.
“Gyouri-ya, neo gwaenchana?”
“Ergghhh.”
“Bagian mana yang sakit? Aku panggilkan perawat ne.”
“Anni, gwaenchana.”
“Syukurlah. Mianhae, karena aku kau jadi terluka.”
“Gwaenchana.” Katanya lembut menenangkanku. Yeoja ini, mengapa aku menjadi gugup jika di dekatnya. Apa aku menyukainya?

Author POV_
Ha Rim terpilih menjadi ketua MPK dan Yesung menjadi wakilnya. Di sisi lain Gyouri juga terpilih menjadi wakil MPK di sekolahnya. Karena sekloah mereka berada dalam satu yayasan, maka banyak agenda yang berlangsung bersamaan. Seperti acara amal pada musim gugur ini.

Ha Rim POV_
“Satu bulan lagi ulang tahunmu ne?” tanyaku pada Yesung.
“Mwo? Bagaimana kau bisa tahu Rim-ah?” terlihat jelas kekagetan diwajahnya.
“Tentu saja, aish.. kau meremehkanku. Yesung-ah, kau ingin hadiah apa dariku?”
“Eh? Hadiah? Aku hanya ingin kita bersahabat selamanya dan kau bersamaku saat hari ulang tahunku nanti. Arrachi?”
Aku hanya mengangguk mengiyakan permintaan darinya.

Author POV_
Yesung sedang sibuk melakukan galang dana untuk amal. Di sisi lain Ha Rim sedang sibuk merayakan ulang tahun sekolahnya. Ha Rim merasa kesepian karena tak ada Yesung disisinya. Ha Rim menatap dua foto yang berada di dompetnya.
“Jin-ah, apa yang harus aku lakukan?” katanya lalu menangis. “Namja babo, kenapa kau tak pernah mengetahui perasaanku sebenarnya.” Tanpa seorang pun ketahui, Ha Rim selama ini menyimpan perasaan khusus pada namja yang berada di foto tersebut. Namja itu adalah Yesung.
“Mianhae Yesung-ah. Mianhae karena tak bisa menepati janjiku padamu.

Yesung POV_
Aku bertemu dengan Gyouri saat melakukan penggalangan dana di taman kota. Tiba-tiba ponselku bergetar, tanda ada panggilan masuk. Ahh.. Kenapa ada saja yang mengganggu saat aku berduaan dengan Gyouri. Rutukku dalam hati. “Yeoboseyo.”
“Yesung-ah, kau dimana?” Tanya Sungmin panic. “Aku sedang di taman kota. Wae?”
“Yesung-ah, Ha Rim.. dia.. dia..”
“Ha Rim kenapa Sungmin-nie?” aku mulai khawatir.
“Ha Rim, dia bunuh diri. Ahjumma terlambat membawanya ke RS, Ha Rim tak tertolong.”
“Anni, anniya.” Teriakku.

Author POV_
Di pemakaman Yesung menangis dalam diam. Dia mencoba menenangkan nyonya Han.

Yesung POV_
“Rim-ah, bukankah kau berjanji akan menemaniku saat hari ulang tahunku. Lalu kenapa kau meninggalkanku sendiri? Wae?”
---skip 1 bulan---
“Yeoboseyo.” Sapaku pada orang yang menelepon.
“Kibum-ssi?”
“Anni, aku dongsaengnya, Yesung. nuguseyo?” Kudengar dia tesedak.
“Yesung-ah, bisaanya Kibum oppa yang mengangkat telepon. Ini aku Gyouri.”
“Kau Gyouri dari Clouds SHS?” aku tak kalah kaget.
Jadi benar selama ini Gyouri mendekatiku karena Kibum. Yah.. untuk kesekian kalinya yeoja yang aku suka lebih memilih hyungku.
“Em, bisa aku bicara dengan Kibum-ssi?”
“Ne. Jakkaman.”
Aku pun memanggil Kibum dan menyerahkan telepon padanya. Kutinggalkan dia, dari kejauhan kudengar kibum hyung tertawa renyah dan larut dalam obrolan bersama Gyouri.

Gyouri POV_
“Paboya, mengapa ketahuan Yesung. Aish.. apa yang harus aku lakukan?” rutukku dalam hati.
Aku putuskan unuk tetap melanjutkan rencanaku, entah akan berhasil atau tidak. Tapi aku bersikukuh untuk menyelesaikan apa yang sudah aku mulai.

Author POV_
Hari ulang tahun Yesung tiba, dia sangat kesal karena tak ada satupun yang memberikan ucapan. Dia memutuskan pulang telat dan berjalan-jalan terlebih dahulu. Tanpa disengaja, dia justru bertemu dengan Gyouri.

Gyouri POV_
Sudah kuduga dia akan dating kemari. Kuhampiri Yesung yang duduk menyendiri di bangku taman. “Anneyong.” Kusapa dia dengan senyum terbaikku.
Omo, tatapannya. Apa aku terlalu melukainya? Ahh.. aku tak sanggup menatap mata sendu itu.
“Boleh aku duduk disini?” tanyaku ragu.
“Ne.”
Yak, mengapa dia jadi ketus sekali terhadapku. Aigo, aku ingin melihatnya tertawa riang seperti bisaa.
“Sendirian?”
“Emm.”
“Ini.” Kusodorkan coklat hangat ke hadapannya. Dia menatap bingung ke arahku. “Kudengar coklat dapat mengembalikan mood.”
“Anni, aku tak suka makanan yang manis.”
Yak, mengapa dia harus berbohong. Padahal selama ini aku tahu kalau dia suka coklat.
“Gyouri-ya, apa kau bahagia dengannya?”
“Eh?”
“Lupakan saja, aku duluan ne.” Dia melangkah pergi meninggalkanku sendirian.

Yesung POV_
Langit sudah cukup gelap saat aku sampai di rumah. Rumah terlihat sepi, ahh.. pasti mereka sudah tidur. “Saengil chukkahamnida, saengil chukkahamnida. Saranghaneun uri Yesung. Saengil chukkahamnida.”
Aku terkejut saat membuka pintu rumah. Semua orang yang kukenal berkumpul disini. Appa, Eomma, Kibum Hyung, Sungmin, Hyuna, bahkan Nyonya Han.
“Chukkae chagi.” Kata eomma padaku.
“Mianhae nak, ini semua ide ahjumma. Ahjumma menemukan buku diari Ha Rim. Ahjumma rasa ini permintaan terakhir darinya. Dia menyayangimu nak, ini.” Kulihat nyonya Han menyodorkan sepucuk surat padaku. Mungkin surat dari Ha Rim.
“Gomapseumnida ahjumma.” Hanya itu yang dapat aku ucapkan. Gomawo Ha Rim, kataku dalam hati.
“Yesung-ah, kajja ikut aku.” Ajak Kibum. Aku hanya menurut. Kuikuti dia dari belakang, tak tahu mau kemana. Ternyata tempat yang dituju adalah kamarku. Sesampainya dikamar kulihat sebuah kotak besar terletak ditengah kamarku.
“Bukalah.” Kubuka kotak tesebut pelan-pelan. Kulihat banyak barang didalamnya, barang-barang yang selama ini ingin kumiliki.
“Ini?”
“Itu semua pemberian Gyouri. Yeoja manis yang menyukai namja babo sepertimu. Aish.. kenapa kau lambat sekali? Kalau memang suka, mengapa diam saja?”
“Aku pikir, Gyouri menyukaimu hyung.”
“Mwo? Hahaha.” Kulihat Kibum menertawakanku. “Dia meneleponku karena ingin tahu apa barang-barang kesukaanmu. Dia terlalu gugup jika harus bertanya langsung padamu. Hanya saja dia masih bisa mengontrol perasaannya agar tak terlalu terlihat, tidak sepertimu. Lagian aku kan sudah mempunyai yeojachingu.”
“Jinjja? Nugu?”
“Aku, Yesung-ah.” Kutengok ke arah suara. Kulihat Hyuna berdiri dipintu kamarku.
“Hyung, chukkae.” Kuhampiri Kibum dan memeluknya.
“Yesung-ah, jadi kau menyukai Gyouri ne?” kulihat Sungmin sudah berdiri di sebelah Hyuna.
Ahh.. kedua sahabatku ini memang selalu memahamiku.
“Emm.” Kujawab pertanyaan mereka dengan anggukan kecil.
“Sebaiknya cepat kau nyatakan perasaanmu padanya. Dia akan segera pergi.” Kata Kibum.
“Dia akan meneruskan studi di Itali. Cepat temui dia.” Bujuk Sungmin.
Aku berlari keluar rumah, berencana segera menemui Gyouri dirumahnya. Tapi aku terkejut saat kulihat seorang yeoja berdiri di depan pintu rumahku. Yeoja yang selama ini aku sukai. Gyouri.
“Gyouri-ya.”
“Saengil chukkahamnida Yesung-ah. Mianhae membuatmu kesal. Aku hanya ingin memberikan kado special yang tak terlupakan untukmu sebelum aku pergi.”
“Jadi kau akan benar-benar pergi?”
“Ne. Maukah kau menungguku Yesung-ah?”
Gyouri meneteskan air mata. Wajahnya terlihat sedih. Kuhampiri Gyouri. Kupeluk mesra tubuhnya, kuusap rambutnya pelan.
“Uljimma. Aku sakit jika meilhatmu sedih seperti ini. Gwaenchana. Aku akan menunggumu. Saranghaeyo Gyouri-ya.” Kulepaskan pelukanku lalu kuhapus air mata yang membasahi pipinya.
“Nado saranghaeyo oppa.”
“Gomawo unuk hadiahnya. Api bagiku kau adalah kado terindah yang aku dapatkan.”  Kukecup mesra kening Gyouri. Kucurahkan seluruh perasaanku pada satu ciuman ini. Ciuman tanda kasihku pada Gyouri sekaligus ciuman perpisahan.
“Gyouri-ya, kita akan tetap bersama. Jarak tak akan jadi penghalang, kau tercipta untukku. You’re my destiny.” Entah darimana aku dapat mengucapkan kata-kata itu. Gyouri tersenyum mendengarnya lalu dia kembali memelukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar