Title : We are Never Ever Getting Back Together
Author : Young
Cast : Lee Hyuk Jae aka Eunhyuk
Han Eun Mi (OC)
Kang Hye Rim (OC)
Sung Je Ri (OC)
Other
Length : Oneshoot
Genre : Romance, Hurt
Rated : G (General)
Disc
: Lee Hyuk Jae dan Super Junior member milik Tuhan, orangtuanya dan
seluruh ELF di dunia. Cast lain milik author. Ide cerita murni dari otak
author. Jika ada kemiripan jalan cerita, itu hanya kebetulan semata
tanpa ada unsur plagiat dari sumber lain.
Author berkata
“Jika
ada kesamaan nama tokoh, latar tempat dan cerita itu hanya kebetulan
semata. Fanfiction ini murni muncul dari otak author yang sedang suntuk
dengan tugas kuliah. Ini FF pertama yang berani aku publish disini. Aku
sering baca FF yang ada di akun ini. Banyak FF yag bagus dan seru dari
author2 handal. Maafkan author abal2 ini yang nyempil dan menyuguhkan FF
tak begitu bagus. Jika kalian berkenan membaca author mengharap adanya
RCL, but jika tidak suka dengan jalan ceritanya Don’t Bash. Copy boleh,
tapi ijin author dan tidak untuk publikasi !!!”
WARNING !!! Typo masih bertebaran ^^
Kesalahan terbesarku, melepasmu pergi dari kehidupanku
Hal terbodoh yang ku perbuat, telah menduakan kesetianmu
Maaf karena terlambat menyadarinya
Kenyataannya aku masih mencintaimu
(Lee Hyuk Jae)
~~~ Story Begin ~~~
“Sengaja aku sisakan ruang disudut hatiku agar kelak jika kamu kembali, kamu bisa menenmpatinya lagi.”
Namja
tersebut menatap nanar pada layar persegi di depannya. Kalimat dari
akun jejaring social seorang gadis dirasa begitu menusuk hatinya.
Padahal belum tentu kalimat itu ditujukan untuknya. Seorang gadis yang
telah mengubah arah hidupnya. Seorang gadis yang mengajarkannya cinta.
Lee
Hyuk Jae, begitulah orangtua namja itu memberikannya nama. Tapi
seringkali orang-orang terdekatnya memanggilnya Eunhyuk. Eunhyuk masih
saja menatap layar laptopnya. Tak merasa jenuh memandangi foto gadis cantik di hadapannya. Berharap sosok tersebut dapat meredam kerinduan hatinya.
“Mianhae.” Sepatah kata tersbut meluncur dengan begitu saja. Selalu ada rasa bersalah kala memandang gadis itu. Han Eun Mi.
Lee Hyuk Jae POV
Aku
masih termenung menatap wajah yeoja dalam layar persegi di depanku kala
terdengar dering ponselku. Menandakan ada pesan masuk dari seseorang.
Drrrttt… drrrttt…
From : Sung Je Ri
Chagi, hari ini kita jadi makan siang bersama kan?
Kuusap
kasar wajahku. Hari ini pikiranku sungguh kacau, hingga melupakan janji
dengan Je Ri. Kalau kau bertanya siapa dia. Sung Je Ri, yeoja yang
sudah sebulan ini menyanding gelar sebagai kekasihku.
To : Sung Je Ri
Ne chagi. Ku tunggu di lobi.
Setelah
membalas pesan dari Je Ri, aku bergegas menuju ke lantai dasar. Tempat
dimana lobi berada. Yah memang benar, aku dan Je Ri memang bekerja di
perusahaan yang sama. Aku di bagian R&D sedangkan Je Ri merupakan
sekretaris direktur di perusahaan ini. Bagaimana aku bisa mengenalnya,
mungkin inilah yang dinamakan takdir. Kekekeke
“Hyuk Jae-ssi.”
Kutengok sisi kananku saat ku dengar seseorang menyerukan namaku. Kulihat seorang yeoja tengah tersenyum manis ke arahku.
“Sudah lama menunggu?” tanyaku basa-basi.
“Ani, aku juga baru sampai.” Jawab Je Ri.
“Kajja.” Ajakku pada Je Ri.
Hening. Itulah yang kurasakan selama menuju resto langganan kami.
“Oppa.”
“Hmm.” Jawabku sekenanya.
“Apa kau sedang ada masalah?” Tanya Je Ri hati-hati.
“Ani. Waeyo?”
“Geunyang, aku hanya merasa kau sedang memikirkan sesuatu. Dari tadi oppa hanya diam, seperti bukan dirimu.”
Kulirik
sekilas dirinya. Terlihat dari ekor mataku Je Ri sedang menatapku
intens. Aku tersenyum melihatnya sedang merajuk. Kuacak puncak kepalanya
sekilas. Menyalurkan rasa sayangku. Hal yang selalu kulakukan untuk
menenangkannya.
“Gwaencahana. Mungkin aku sedikit lelah dengan
tugas kantor.” Ku keluarkan gummy smile andalanku. Berharap dia tak lagi
menyadari kegelisahan hatiku.
“Jeongmal?”
“Ne. Jangan khawatir Ri-ya. Nan gwaenchana. Kita sudah sampai.”
Aku sedikit berlari kecil mengelilingi bagian depan mobil bersikap layaknya seorang namja. Membuka pintu untuk kekasihnya.
“Gomawo oppa.”
Ku
genggam tangannya menuju bangku yang sudah ku pesan. Kami mengobrol
ringan sembari menunggu pesanan datang. Mulai dari tingkah konyol Lee
Hyo Mi, yeodongsaengku, sampai masalah kantor.
Kuedarkan pandangan
ke sekeliling ruangan. Restoran ini terlihat sepi. Hanya beberapa meja
yang terlihat ditempati oleh pasangan seperti kami. Hingga tanpa sengaja
mata ini tertuju pada meja yang berada di pojok ruangan. Gadis itu
bukankah…
Drrttt… Drrtttt…
Belum hilang
keterkejutanku, terasa getaran dari saku jas yang kukenakan. Kang Hye
Rim. Tertulis jelas nama pemanggil pada layar ponselku. Kulirik Je Ri,
dia mengangguk sembari tersenyum maklum ke arahku. “Mianhae Je Ri-ya.”
Ujarku dalam hati.
Kulangkahkan kakiku menuju tempat yang sedikit
sepi. Tanpa sengaja aku melewati meja gadis yang tadi kuamati. Terlihat
dia terkejut melihat keberadaanku disini.
“Yeobseyo.” Sapa orang yang diseberang.
“Emm.”
“Oppa, kenapa lama sekali mengangkatnya?”
“Wae? Kau merindukan oppa, Rim-ah?” ucapku menggoda.
“Yak, oppa. Selalu saja begitu.”
“Kekeke, jangan marah chagiya. Kau terlihat semakin cantik jika mem-pout-kan bibir seperti itu.” Godaku sekali lagi.
“Ish.. Oppa.” Ucapnya merajuk.
“Hmm. Ada apa kau menelponku chagi?”
“Ah,
aku hanya ingin mengingatkan oppa. Jangan lupa janji kita nanti malam
ne. Bukankah sudah sejak 2 minggu yang lalu oppa berjanji akan
menemaniku menonton malam minggu ini?”
“Ne chagi, oppa tak akan melupakannya.”
“Bye oppa.”
“Ne.”
Aku hendak berbalik menemui Je Ri saat kudengar sederet kalimat yang seketika menghentikan langkahku.
“Ternyata kau belum berubah Hyuk Jae-ssi.”
“Eun Mi-ya.”
“Ck, apa kita cukup dekat hingga kau memanggil secara informal dengan orang asing?”
“Mianhamnida, Eun Mi-ssi.” Ucapku lirih. Kualihkan pandanganku, tak berani menatap manik matanya.
“Berubahlah
Hyuk Jae-ssi. Kulihat gadis yang menunggumu sangat baik. Padahal disini
kau sedang bermesraan dengan gadismu yang lain. Jangan kau lakukan
kesalahan yang sama. Atau kau akan menyesal.”
Kata demi kata yang
Eun Mi ucapkan bagaikan anak panah yang lepas dari busur dan menusuk
tepat di jantungku. Sakit. Aku hanya menatap punggung Eun Mi yang
melenggang pergi.
“Mungkinkah sakit yang kau rasakan seperti ini
Eun Mi-ya? Ani, aku rasa apa yang kau rasakan jauh lebih sakit.” Ucapku
pada diri sendiri.
“Oppa.” Kurasakan seseorang menepuk pundak kananku.
“Ah, kau mengagetkan oppa Je Ri-ya.” Kataku sembari mengelus dada.
“Hehehe, mianhae oppa. Kenapa oppa lama sekali mengangkat telponnya? Apakah dari perusahaan?”
“Ne, kata manager aku harus segera kembali setelah makan siang.”
“Kalau begitu kita segera makan saja oppa. Pesanan kita sudah datang. Kajja.”
Ku ayunkan langkahku mengikuti tarikan tangan Je Ri menuju bangku kami.
Han Eun Mi POV
Tanganku
bergerak memijit pelipisku. Meredakan pusing yang menyerangku. Hariku
yang indah hancur begitu saja melihat sosoknya. Lee Hyuk Jae.
Hyuk
Jae merupakan mantan kekasihku. Memang akulah yang meminta putus dan
mengakhiri cerita cinta yang telah berjalan 2 tahun lebih. Sejak 6 bulan
yang lalu aku memutuskannya. Bukan tanpa alasan, awalnya karena aku
merasa dia jauh berubah dan tak lagi sejalan denganku. Jarak yang
memisahkan ternyata tak mampu mengikis rasa curiga dan meleburkan
kesetian di antara kita.
“Aku hanya bisa memandangimu dari kejauhan. Memelukmu dalam setiap angan dan kerinduan.”
“Pabo. Kau benar-benar bodoh HyukJae-ssi.”
---Flashback On ---
“Oppa, sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini.”
“Waeyo chagi?”
“Aku
merasa kau telah jauh berubah. Selain itu, aku akan kembali ke Jepang.
Eomma memintaku untuk menemaninya selama Appa pergi ke luar negeri. Aku
tak tahu akan sampai kapan disana,”
“Hah, menemui orangtuamu kau bilang? Katakan saja kalau kau ingin kembali ke lelaki brengsek itu.”
“Mwo? Namja? Nugu?” tanyaku ragu.
“Tak
usah berpur-pura Mi-ya. Kau ingin kembali bersama Song Jong Ki, kan?
Mantan kekasih pertamamu yang saat ini telah menjadi General Manajer di
Aomori Resort? Aku tak menyangka selama sebulan disana kalian telah
kembali menjalin hubungan. Awalnya kau bilang kalau ke Jepang karena
urusan perusahaan, tapi nyatanya. Ck, kalian malah asik berduaan.”
“…” Aku masih diam mencermati ucapannya.
“Wae?
Kenapa kau diam? Kau bingung mengapa aku mengetahuinya? Kau ingat Lee
Ho Won? Ne, dia sepupuku yang berasal dari Busan. Saat kau di Jepang
kebetulan Ho Won juga sedang ada tugas kantor menemui client di sana.
Tanpa disangka dia melihatnmu sedang memeluk bahagia namja menyebalkan
itu. Sungguh suatu kebetulan yang menyakitkan. Baiklah, kalau kau ingin
minta putus. Mulai sekarang kita akhiri saja semuanya. Anggaplah kita
tak saling mengenal dan hanya orang asing.”
Setelah mengeluarkan
semua kata-kata pedasnya, Hyuk Jae pergi meninggalkanku. Aku hanya mampu
menatap kepergiannya. Kulihat tangannya mengacak rambutnya asal. Dia
pergi tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan hubunganku dengan
Jong Ki oppa.
--- Flashback Off ---
Aku tersenyum
kecut mengingat kejadian itu. Memang benar saat di Jepang aku bertemu
dengan Jong Ki oppa. Pertemuan tak sengaja. Kami hanya mengobrol
sebentar dan dia mengatakan akan menikah bulan ini. Aku tak menyadari
kalau Ho Won melihat perbincangan kami dan salah paham. Aku memang
berpelukan dengan Jong Ki oppa, tapi itu hanya pelukan selamat atas
pernikahannya, tak lebih.
--- Flashback On ---
Dua
bulan sejak putus dari Hyuk Jae oppa, aku masih belum bisa melupakannya.
Saat ini aku berada di Jepang. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan
sejenak melepas penat karena memikirkan orang yang masih membawa separuh
hatiku.
Aku putuskan untuk ke Ueno Park, kebetulan rumah
orangtuaku tak terlalu jauh dari salah satu objek wisata terkenal dari
Negeri Sakura ini. Sesampainya di Ueno Park aku putuskan untuk
menyandarkan tubuh di salah satu pohon Sakura menikmati guguran bunga.
Sungguh indah musim semi di sini, namun belum bisa menepis perih yang
aku rasa.
“Sumimasen.”
Suara seseorang membuyarkan lamunanku. Kutengadahkan kepala menatap siapa yang menyapaku.
“Yak, Eun Mi-ya.”
“Charlene Choi.” Ujarku lirih. Sedetik kemudian bibirku tertarik membentuk lengkungan ke atas.
Kini aku dan Charie (panggilan Charlene Choi) berada di salah satu kedai ramen. Kami melepas kangen setelah lama tak berjumpa.
“Eun Mi-ya, sabarlah.”
“Nan gwaenchana, Charie. Awalnya memang aku yang minta putus.”
“Keundae,
ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu Mi-ya. Tapi kau harus janji
tak akan menangis hanya karena pabo namja itu lagi. Yaksok?”
“Yaksok.” Ucapku lalu mengaitkan jari kelingkingku dengan jari kelingking Charie.
“Kau
mengatakan baru putus 2 bulan yang lalu. Tapi aku pernah melihat Hyuk
Jae bersama seorang yeoja, Hyuk Jae sedang… dia sedang… mencium
pipinya.”
DEG
“Mi-ya. Gwaenchana?”
“Ah, ye. Gwaencaha.” Aku berusaha tersenyum. Kulihat Charie tersenyum kikuk.
“Mianhae kalau…”
“Ani,
gomawo Charie. Aku jadi mengetahui sifat asli Hyuk Jae oppa. Ah, apa
masih pantas aku menyebutnya oppa?” gurauku. “Tak kusangka dia
menggunakan kesempatan ini untuk memutuskanku dan memilih yoeja lain.”
Lanjutku.
“Mi-ya.”
“Apa kau kenal siapa yeoja itu Charie?”
“Aku
rasa yeoja itu salah satu mahasiswa Seoul Art University. Aku pernah
mengantar temanku kesana, kalau tidak salah aku melihat yeoja itu disana
pula.”
--- Flashback Off ---
Hyuk Jae-ssi, kuharap
kau akan segera sadar. Kulangkahkan kakiku untuk pulang. Namun entah
mengapa hatiku menuntun kaki ini untuk berkeliling menikmati udara
malam. Tanpa ku sadari aku telah sampai di sini.
Lee Hyuk Jae POV
Mala mini aku menepati janjiku menemani Hye Rim. Setelah menonton Hye Rim mengajakku ke sungai Han.
“Oppa.”
“Wae chagi?”
“Kita sudah hampir satu tahun menjalani hubungan. Tapi sampai kapan kita harus merahasiakan hubungan ini?”
Kutatap
manik matanya. Dia benar-benar tulus mencintaiku, sedangkan aku …
entahlah. Aku merasa nyaman berada disampingnya. Hye Rim, teman
yeodongsaengku. Seorang mahasiswi popular dikampusnya, tapi hatinya
telah tertambat padaku. Aku menjeratnya dengan rayuanku. Ego seorang Lee
Hyuk Jae menyuruhku untuk memilikinya.
--- Flashback On ---
“Aish.. panas sekali. Kenapa bocah itu lama sekali keluarnya. Awas kau Lee Hyo Mi.” gerutuku sebal menunggu yeodongsaeng-ku.
Bagimanapun
juga aku seorang lelaki tipe peyayang terutama pada anggota keluargaku.
Maka disinilah aku, Seoul Art University, menjemput dongsaeng
menyebalkan tapi sangat aku sayangi.
“Oppa.”
Teriakan itu
pasti darinya. Ku lambaikan tangan menyuruhnya sedikit bergegas. Tapi
tunggu dulu, dia tak sendirian dia bersama seorang yeoja yang cukup err…
cantik.
“Sudah lama menunggu?”
“Tidak, baru 30 menit yang lalu.” Jawabku sedikit ketus. Tak sepenuhnya marah, sudah ku katakana aku menyayanginya bukan?
“Mianhamnida, ini karena aku terlalu lambat.” Ucap yeoja disebelah Hyo Mi.
“Yak,
tak perlu sungkan Rim-ah. Abaikan saja ucapan oppaku. Kajja.” Kulihat
yeoja itu mengangguk takzim padaku. Tanpa aku sadari aku ikut mengangguk
kepadanya.
Hyo Mi menariknya untuk segera masuk mobil. Aku pun
hanya dapat menggeleng melihat tingkah dongsaeng satu-satunya yang
kumiliki. Akupun segera menyusulnya masuk ke dalam mobil dan duduk di
belakang kemudi.
“Oppa, aku dan Hye Rim lapar. Kita makan dulu ne sebelum pulang.”
“Ish, kau ini. Arrayo. Kau ingin makan apa?”
“Kita ke kedai langganan kita saja oppa. Aku juga sering mengajak Hye Rim ke sana.”
“Baiklah.”
Kami
makan bertiga sambil berbincang-bincang, ani, lebih tepatnya aku
melihat perbincangan dua orang yeoja mengenai hal yang tak terlalu
menarik buatku. Entahlah apa yang sedang mereka bicarakan.
“Kalau
aku hanya dianggap kambing congek, sebaiknya aku pergi saja.” Ucapku
mengancam. Menyadarkan kedua yeoja ini akan keberadaanku.
“Hehehe,
kau marah oppa?” Tanya Hyo Mi sambil terkekeh. “ Oh, ayolah. Jangan
kekanakan seperti itu oppa. Ah matta, aku belum mengenalkan temanku. Hye
Rim ini oppaku yang paling menyebalkan dan dia Hye Rim sahabatku. Hye
Rim-ah berhati-hatilah dengannya. Dia seorang cassanova.”
Kuberikan death glare
ke arah Hyo Mi mendengar perkataannya. Apa dia bilang? Cassanova.
Baiklah, aku memang suka berganti pacar. Tapi aku selalu setia. Setia?
Tunggu dulu, saat ini apakah bisa dibilang aku setia? Disana ada seorang
yeoja yang selama setahun ini telah memenuhi hatiku. Tapi disini aku
memuji kecantikan seorang gadis dan terpesona akan dirinya.
--- Flashback Off ---
“Oppa.” Ucapan Hye Rim mengembalikanku ke dunia nyata. “Kau melamun, oppa?”
“Mian.” Ucapku kikuk. “Maafkan aku karena menyakiti perasaanmu.”
“Aniya oppa. Aku tak apa kalau oppa masih belum mau mempublikasikan hubungan kita.”
Aku
sungguh beruntung memiliki gadis di sampingku saat ini. Kubawa tubuhnya
ke dalam dekapanku, menyalurkan rasa sayang yang kupunya untuknya. Yah,
aku sadar aku hanya mengaguminya. Aku tak mencintainya. Hanya kagum.
Bodohnya dirimu Hyuk Jae, kau telah menyakiti gadis sebaik dia. Kau juga telah menyakiti Eun Mi, gadis yang kau cintai.
Ku
tengadahkan kepalaku. Aku tercekat. Aku menyakitinya lagi. Kulihat dia
menatapku datar. Han Eun Mi. Gadis itu. Gadis yang sampai saat ini masih
aku cintai. Melihatku bersama dengan wanita lain.
“Eun Mi-ya.” Nama itu meluncur begitu saja.
Kurasakan gadis yang berada dalam dekapanmu melepas pelukanku. “Eun Mi? Nugu?”
Dia membalikkan badan mengikuti arah pandanganku. Saat ini Eun Mi, gadis itu melangkah pelan ke arahku.
“Anneyong
Hyuk Jae-ssi. Tak disangka kita berjumpa lagi disini. Ah, jadi ini
alasannya kenapa saat aku mengajakmu mengakhiri hubungan kita kau
langsung menyetujuinya. Bahkan kau malah menuduhku berselingkuh. Tapi
kenyataannya kau sendiri yang melakukan hal menjijikan itu.” Ucapnya
sarkatis.
“Mi-ya.”
“Berhenti memanggilku seolah kita dekat
Lee Hyuk Jae-ssi. Dan kau nona, jaga baik-baik namjamu ini. Jangan
sampai dia berpaling kepada wanita lain.”
Han Eun Mi. Gadis itu pasti membenciku saat ini.
“Oppa, apa maksud perkataan wanita tadi?”
“Aku akan menjelaskan semuanya padamu Rim-ah. Kajja.”
Aku
mengajak Hye Rim duduk di salah satu bangku pinggiran sungai Han.
Kuceritakan semua dari awal, tentang hubunganku dengan Eun Mi dan
dirinya. Bahkan aku juga menceritakan tentang Je Ri, wanita lain yang
saat ini juga merupakan kekasihku.
Kulihat pipi mulus Hye Rim
dipenuhi air mata. Menyesal. Satu kata yang terpikirkan diotakku. Aku
sungguh menyesal telah menyakiti dua yeoja ini.
“Sekarang semua
terserah padamu Rim-ah. Aku.. aku.. aku sebenarnya juga tak memiliki
perasaan untukmu. Aku hanya kagum. Saat itu aku sedang ada masalah
dengan Eun Mi dan aku terpesona denganmu. Kau seperti yeodongsaeng
bagiku.”
“Hiks..”
Hanya suara tangis yang aku dengar dari bibirnya. Aku tak tega melihatnya seperti ini. Ku peluk tubuh ringkih Hye Rim.
“Hiks..
Wae? Wae oppa? Kau jahat. Nappeun. Nappeun namja.” Tangisnya makin
pecah. Ku eratkan pelukanku padanya. Kubiarkan tangan mungilnya
memukul-mukul dada bidangku. Membiarkan dia mlampiaskan kekesalannya
padaku.
“Mianhae Rim-ah. Mianhae.” Hanya itu yang dapat aku ucapkan.
Lama kami dalam posisi seperti ini. Tangisnya sudah reda namun dia masih sesenggukan.
“Oppa.” Ujarnya lirih. Tapi masih bisa tertangkap oleh telingaku.
“Hmm.”
“Aku sadar cinta tak bisa di paksa oppa. Sebaiknya kita akhiri saja semuanya. Aku.. aku juga lelah. Keundae,,”
“Keundae?”
“Tapi
kita masih bisa berteman kan oppa? Bukankah kau bilang kau menganggapku
sebagai yeodongsaeng? Aku akan menyeyangimu seperti saudara. Aku memang
sudah lama ingin punya seorang kakak.” Ucapnya sambil tersenyum. Senyum
yang manis, seperti senyum di awal pertemuan kami.
“Tentu saja saengie.” Kuacak puncak kepalanya.
“Oppa, kau merusak tatanan rambutku.” Keluhnya.
Aku hanya tertawa melihatnya mengerucutkan bibir, dia sungguh terlihat lucu.
END
--- Prolog In other Side ---
Sung Je Ri POV
Aku
sedang menuju apartemen setelah berbelanja kebutuhan bulananku. Di
kejauhan kulihat sepasang kekasih sedang berpelukan mesra. Bukan karena
aku iri, tapi karena aku merasa mengenal namja yang sedang memeluk
yeojanya tersebut. Namja itu melepas pelukannya. Kulihat seorang yeoja
mendekati sepasang insan tersebut.
Aku berjalan mengendap,
mendekat pada tiga orang yang nampaknya sedang berbicara cukup serius
itu. Sayup-sayup aku mendengar perbincangan mereka. Aku hanya bisa
menutup mulut. Meredam suaraku agar tak terdengar oleh mereka.
Gadis
yang bernama Eun Mi, yang kutahu dari ucapan Hyuk Jae, pergi
meninggalkan mereka berdua. Mereka melangkah ke bangku di sebelah pohon.
Aku pun memberanikan diri untuk menguping pembicaraan mereka berdua.
Dan
astaga. Aku terkejut karena cerita Hyuk Jae. Ternyata aku gadis ketiga
dalam hidupnya. Aku tersenyum miris. Tapi aku bahagia setelah mendengar
penuturan yeoja yang ku ketahui bernama Hye Rim tersebut.
“Jigeum, kau hanya milikku oppa.”
So stay here
And don't hold back
I'm into what you're doing
Doing just like that
It's me and you
Forget the world
So stay with me
And don't let go
Just do what you're doing
Because you're this close to close
(Sung Je Ri)
Akhirnya
setelah berkutat dari jam 12 siang, tepat 5 menit sebelum bedug maghrib
author menyelesaikan FF abal2 ini. Mohon yang berkenan baca, tinggalkan
komentarnya. Buat koreksi author. Gje kah? Feel ga dapet? Alur
kecepetan?
It’s OK. Itu buat motivasi author biar next FF (kalau buat lagi) bisa lebih baik dari ini.
Owh
iya, Quotes yang terakhir author ambil dari salah satu ost drama korea.
Ada yang tau?? Hehehe *pinjem evil smirk KyuHyun :D :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar