Kamis, 30 Januari 2014

[FanFiction] Can I Love You? | Part 3



Part 1 : Undlecared Love

Saat kucoba tuk melupakanmu, kau justru mengikatku kembali. Jangan salahkan diriku jika kelak aku tak akan melepasmu untuk kedua kalinya.

Yun memandang sebuket Azalea yang tergeletak layu di sudut kamarnya. Azalea, bunga yang melambangkan cinta pertama. Bunga yang diberikan langsung oleh Min Hwa beberapa bulan yang lalu. Tepat saat dia akan melupakan sosok Min Hwa, gadis musim dingin pencuri hatinya.

“Yun-ah.”
Yun membalikkan badan, mencari orang yang telah memanggilnya. Matanya membulat, namun sedetik kemudian dia mengembalikan ekspresi dingin yang khas di wajahnya. Diamatinya gadis yang saat ini berdiri satu meter di hadapannya tersebut.
“Ada yang ingin aku bicarakan padamu.”
“Hmm.”
“Bunga ini, tulip kuning. Apakah kau yang meletakkan bunga ini setiap minggu di bangku itu?”
Yun melirik sekilas pada tempat yang ditunjuk Min Hwa. Merasa terpojok, diapun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Min Hwa.
Wae? Mengapa tulip kuning? Dan, siapa ‘gadis musim dingin’ yang kau maksud di tulisan ini?”
Yun memalingkan wajahnya. Tak mampu membalas tatapan Min Hwa yang teduh namun menyiratkan keingin-tahuan yang besar.
“Apakah itu aku?”

Yun diam. Bingung harus menjawab apa. Mau mengelak rasanya percuma. Dia sudah tertangkap basah.
Ne.”
Akhirnya Yun mampu membuka mulutnya. Dia menjawab pelan, sangat pelan. Bahkan jika ada angin yang berhembus, maka Min Hwa tak akan pernah bisa mendengar kata yang baru saja keluar dari mulut Yun.
“Mengapa tulip kuning?” Tanya Min Hwa sekali lagi. Dia tahu betul makna dari bunga ini. Hanya saja dia tidak paham mengapa bunga itu yang dipilih Yun sebagai ungkapan perasaannya.
Yun mendesah frustasi, lalu memandang ke arah Min Hwa. “Karena sudah tak ada harapan untukku. Tak ada harapan untuk bersamamu.”
“Kau bahkan belum mencoba. Tapi sudah mengatakan tak ada harapan?”
“Sudah cukup jelas bukan? Kau sudah ada Tae Min-ssi disisimu. Aku tidak mau menjadi penganggu hubungan kalian. Jadi… sebaiknya aku mundur perlahan.”
“Karena itu kau menghindariku dua bulan ini?”
Yun mengangguk. Dia menengadah, menahan gejolak di dadanya. Lidahnya kelu. Dia tak sanggup lagi jika harus mengutarakan apa yang dia rasakan. Dia takut pertahanannya runtuh.
Pabo. Tae Min itu adikku.”
Mwo? Dongsaeng?

 Kenangan di awal musim semi pada Bulan April lalu terlintas dibenak Yun. Sejak saat itu Yun dan Min Hwa resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Seharusnya Yun bahagia karena akhirnya dia bisa mendapatkan gadis pujaannya. Namun tidak demikian. Yun justru merasa bersalah. Karena Yun tak menyangka jika Teo, sahabat baiknya juga memendam perasaan yang sama pada Min Hwa. Hubungannya dengan Teo perlahan merenggang. Teo selalu menjauhinya. Meskipun mereka selalu bersama –perform Lunafly—semua itu semata-mata Teo jalani sebagai tuntutan profesi. Teo masih terlalu kesal untuk sekadar menyapa Yun.
“Teo-ya, mianhae.”
***

Sore yang panas di Ichigo café. Pertengahan bulan Juni memang puncak dari musim panas yang menyelimuti kota Seoul. Peluh membanjiri kening semua pegawai Ichigo Café, tak terkecuali Yun. Sesekali Yun mengusap keningnya, menjaga penampilan agar tidak kusam.
“Yun-ah. Tolong ke ruanganku sebentar.”
Yun menoleh ke arah pintu dapur. Di sana berdiri manajer dari Café ini, Lee Tae Min. Tanpa membuang waktu, Yun segera beranjak dari pekerjaannya dan naik ke lantai dua. Entahlah apa yang akan Tae Min bicarakan. Mungkin menyangkut Min Hwa, karena sebentar lagi adalah hari special untuk kekasihnya tersebut.
“Ada apa kau memanggilku, Tae Min-ssi?”
“Tidak perlu seformal itu. Kita hanya berdua di ruangan ini. Kau masih saja kaku padaku. Apa kau masih cemburu padaku, hyung?”
Aniya. Bukan begitu… aku hanya….”
“Hahaha, kau ini sangat mudah digoda Yun-ah. Lihatlah, wajahmu memerah.” Tae Min tertawa melihat perubahan mimik wajah Yun. Yah, jika menyangkut kakak kembar dari bosnya itu, Yun tidak bisa berkutik.
”Kau tahu kan sebentar lagi ulang tahun Min Hwa?”
Ne. Tentu saja aku ingat. Lalu?”
“Aku ingin membuat pesta kejutan untuknya. Semalam aku sudah merencanakannya dengan Dong Hae hyung. Dia menyetujui ideku. Bagaimana denganmu? Apakah kau mau membantuku?”
Kedua alis mata Yun bertaut. Heran dengan sikap Tae Min, tak biasanya dia seperti ini. Selama ini Tae Min dikenal sebagai sosok yang pendiam. Tidak usil, baru kali ini Yun melihat keisengan Tae Min.
“Apa yang harus aku lakukan?”
***

“Min Hwa-ya.”
Sebuah teriakan menggema di pinggir taman. Orang yang dipanggil segera menoleh ke sumber suara. Sebuah lengkungan ke atas tercipta dari sudut bibir gadis bernama Min Hwa tersebut. Bahagia. Itulah yang dirasakannya saat ini. Sebulan mereka tidak bertemu. Yun sibuk promosi album perdana Lunafly.
“Kau sudah lama menunggu?”
Ani. Aku baru datang. Kita akan kemana?”
“Udara siang ini sangat cerah. Pantai, otte?”
Mata Min Hwa berbinar mendengar ajakan Yun. Dia sangat antusias. Sudah sebulan dia ingin liburan ke pantai, namun belum juga terlaksana. Dong Hwa sibuk dengan pekerjaan di Lee Company, Dong Hae sibuk mengajar, dan Tae Min sibuk mengurusi Café.
“Bagaimana kau tahu kalau aku ingin ke pantai?”
Tanya Min Hwa menyelidik. Yun mengusap dagunya, seolah berpikir keras. Lalu dia mencondongkan tubuhnya ke sisi kiri Min Hwa. Berbisik tepat di dekat telinga Min Hwa. “Aku bisa membaca apa yang kau pikirkan, chagi.”
Min Hwa mematung. Untuk pertama kalinya Yun bersikap romantic. Chagi? Apa pendengarannya masih normal? Dicubit pelan baku tangannya.
“Aww.”
Appo? Tentu saja sakit. Aish, jangan menatap seperti itu. Aku hanya bergurau. Hahaha. Tidak mungkin aku bisa membaca pikiran. Aku mengajakmu ke pantai karena memang di musim seperti ini pantai selalu jadi tempat menarik untuk dikunjungi.”


“Bukan, bukan itu. Kau bilang apa tadi? Yang terakhir?”

Chagi?”
Aigo, apa kau benar-benar Han Seung Yun? Kau sangat aneh hari ini.”
Yun mengacak puncak kepala Min Hwa. Gemas melihat tingkah Min Hwa. Yun tipe cowok yang sulit bersikap romantis. Jarang sekali dia mengucapkan kata-kata sayang. Tak heran jika Min Hwa merasa aneh dengan perubahan Yun.
Wae? Kau tak suka? Geurae, aku tak akan memanggilmu seperti itu lagi.”
“Yak! Siapa bilang aku tak suka. Aku suka.”
Min Hwa berjalan mendahului Yun. Menyembunyikan semburat merah yang bertengger di kedua pipinya. Dia malu jika Yun melihatnya tersipu seperti ini.
“Min Hwa-ya.”
“Ada apa lagi?”
“Kau mau kemana? Halte bus ada di sana?”
Min Hwa melongo melihat jari telunjuk Yun yang menunjuk arah sebaliknya. Dia tertawa hambar, berbalik melangkah ke arah yang ditunjuk Yun.
Pantai Eurwangi menjadi tempat favorit liburan saat musim panas. Dekat dengan Seoul dan Incheon. Dikelilingi dengan pohon-pohon pinus dan batu-batuan yang sangat indah. Pantainya terkenal juga dengan kerang-kerang dan pasir putihnya, harus berhati-hati kalau berjalan tidak memakai alas kaki. Pantai inilah yang akan jadi tujuan dari Yun dan Min Hwa.
“Kita akan ke pantai mana, Yun-ah?”
“Eurwangni. Kudengar pemandangan sore hari di pantai itu sangat indah. Wae? Atau kau ingin ke pantai yang lain?”
“Tidak. Pantai Eurwangni memang sangat bagus. Aku pernah sekali ke sana, dulu saat masih junior high school. Kau pasti suka.”
Yun ikut tersenyum melihat keceriaan yang terpancar dari paras Min Hwa. Syukurlah kalau Min Hwa menyukainya. Tanpa Min Hwa sadari, saat Min Hwa sibuk mengamati ke luar jendela bus. Yun mengambil foto Min Hwa.
***
  

Senja di pantai yang terletak di pesisir barat kota Seoul ini memang indah. Bersantai di bawah pohon pinus sembari menyaksikan matahari terbenam menjadi nikmat tersendiri untuk seorang Yun. Begitupun gadis di sebelahnya, Min Hwa menatap lurus di batas cakrawala. Untuk berkedip saja rasanya dia tak rela, takut melewatkan moment yang mempesona tersebut.
“Yun-ah, kau masih mendiamkan Teo?”
Min Hwa mencoba memecah keheningan di antara mereka. Yun yang mendengar pertanyaan seperti itu hanya tersenyum miris. Gadis ini polos atau memang pura-pura tidak tahu. Padahal gadis inilah yang menceritakan kejadian di Lucky Florist bulan April silam.
“Kau tahu pasti bukan aku yang mendiamkan Teo. Tapi dia yang selalu menghindariku. Bahkan kedekatan kita di atas panggung hanya sebatas profesionalitas kerja. Saat latihan dia tak pernah mau bertegur sapa denganku. Aku….”
Min Hwa melingkarkan tangannya di lengan Yun. Kepalanya ia senderkan pada bahu Yun. Mendapat perlakuan demikian, Yun terdiam. Tak jadi melanjutkan kalimatnya.
“Aku tahu. Maafkan aku. Karena aku kalian jadi seperti ini.”
“Kau tak perlu minta maaf. Min Hwa-ya, aku ada permintaan. Maukah kau mengabulkannya?”
“Permintaan? Mwonde?”
“Kita…” Yun menghela nafas berat, matanya terpejam. Hati-hati dia melanjutkan kalimatnya. “Kita akhiri saja hubungan ini.”
Bagai disambar petir, tubuh Min Hwa menegang. Semenit yang lalu mereka masih baik-baik saja. Sekarang tanpa ada aba-aba, Yun ingin mengakhiri hubungan mereka.
“Yun, kau bercanda kan? Leluconmu tidak lucu?”
Min Hwa menatap tepat ke manik mata Yun. Tidak ada kebohongan di sana. Yun, benar-benar ingin putus darinya. Mengapa?
***


Setelah perjalanan ke pantai akhir bulan Juni lalu. Yun dan Min Hwa tidak pernah lagi bertemu. Yun keluar dari kerja paruh waktu di Ichigo Café. Perusahaan rekaman mengharuskan Lunafly berlatih dari pagi hingga malam. Persiapan konser menyita seluruh waktunya. Setidaknya dengan menyibukkan diri, Yun bisa sedikit melupakan Min Hwa.
Keputusan sulit yang memaksanya harus kehilangan Min Hwa untuk sementara. Yah semua ini ide gila dari Tae Min. Jika tidak menurutinya dia mengancam tak akan merestui hubungan mereka. Sialnya Yun menyetujui usulan Tae Min yang sedikit beresiko tersebut.
Setelah penantian panjang, hari yang ditunggu oleh Yun tiba. Tanggal 18 Juli, hari special bagi Min Hwa dan Tae Min. Tiga hari ini Yun tidak berhubungan dengan keluarga Lee. Ponselnya rusak, terjatuh saat latihan. Dia tak mungkin mengunjungi Ichigo Café, takut rencananya terbongkar. Yun tak mungkin meminjam ponsel Teo untuk menghubungi Tae Min. Meskipun mereka telah kembali dekat –setelah Teo tahu Yun sudah putus dengan Min Hwa— tak ada alasan kuat untuk Yun bermain ke kampus Teo. Alih-alih bertemu dengan Dong Hae, justru Teo akan kembali mendiamkannya.
Yun membawa sebuket bunga Daisy dan dua bingkisan kertas sebagai hadiah untuk Min Hwa serta Tae Min. Setibanya di Ichigo Café, Yun bingung karena mendapati suasana café yang sepi. Tak ada kemeriahan pesta, semua terlihat biasa saja.
Yun menghampiri salah seorang pegawai, teman dekatnya saat dulu bekerja di sini. “Seo Mi-ya, apakah manajer Lee ada di ruangannya?”
“Manajer Lee? Astaga, Yun-ah. Kau belum mendengar kabar itu?”
“Kabar apa?”
“Nona Lee, saudara kembar manajer Lee kecelakaan dua hari yang lalu. Sekarang dia koma di Rumah Sakit Seoul.”



#TantanganEmpatMusim #SummerStory #KampusFiksi  

2 komentar:

  1. Yaakk... yakkk.. kenapa seperti ini akhir cerita part 3?
    Kecelakaan??? Mwoya??

    heumm.. FF ini penuh dengan bunga-bunga..
    Mau dong dikasih bunga sama Yun. #ngarepBanget.

    Sayangnya ni eonn, alur dan narasi cerita pas Yun and' Min Hwa jadian agak cepet. jadi feelnya kurang terasa.

    Ditunggu part selanjutnya ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nee...
      gomawo atas sarannya.. nanti akan aku perbaiki lagi :)

      mian, karena emang permintaan dari sananya minta mesti sad ending. Maka dari itu aku buat sedih di akhir part ini. Kan part terakhir udah anti-klimaks
      Hehehe

      makasi dear, sudah nyempetin RCL ^^

      Hapus