Title :
I’m Afraid
Author :
Chiaki Minaka
Main Cast : Lee Sung Min & Sung Ha Neul
Genre :
Romance, Family
Rated :
General
Length :
Ficlet
Disc :
Seluruh cast milik Tuhan dan orangtua masing-masing. DILARANG copy paste tanpa
ijin dan menyalahgunakan FF ini. Apalagi untuk kepentingan pribadi. Adanya
kesamaan tokoh, alur, setting dan segala atributnya hanyalah ketidaksengajaan.
Tidak suka dengan ceritanya, DON’T BASH. RCL tidak diwajibkan, lakukan sesuka
kalian, author tak akan memaksa lagi ^^
WARNING TYPO’s!!!
Takut itu wajar, tapi jangan sampai
ketakutan itu menghantui dirimu. (Sung Ha Neul)
Aku bersyukur karena Tuhan mengirim
dirimu untukku. Kumohon, tetaplah bersamaku. (Lee Sung Min)
---Story Begin---
“Semua akan baik-baik
saja, Oppa. Jangan khawatir.”
“Entahlah, Ha Neul-ah.
Aku tidak yakin hal ini bisa dibilang baik-baik saja.”
“Oppa, percayalah.
Bukankah Leeteuk Oppa akan segera kembali?”
Sung Min menghela
nafas berat. Pikirannya berkecamuk, ada keraguan di dalam hatinya. Dia tak
menyalahkan perkataan Ha Neul, namun dia tak bisa pula membenarkan. Sesuatu
mengusik isi kepalanya. Seperti ada bom waktu yang siap meledak kapan saja jika
tak segera diselesaikan.
“Oppa, jangan ragu.
Mereka pasti siap mendengar keputusanmu. Delapan tahun bersama, mengapa kau
masih ragu akan ketulusan mereka?”
Kali ini sebuah
senyuman manis terukir dari bibir Sung Min. Membuat ketampanannya bertambah
berkali-kali lipat. Ucapan yang dilontarkan Ha Neul berhasil mengobati
kekhawatirannya. Setidaknya keraguan tadi sedikit terkikis mendengar penjelasan
Ha Neul. Sekarang dia dengan pasti membenarkan kalimat tersebut. Yah, sudah
delapan tahun. Dua tahun tidaklah seberapa. Sung Min yakin, tak akan ada yang
berubah.
“Ha Neul-ah, gomawo.”
Ha Neul tersenyum
mendengar ucapan namja dihadapannya ini. Sungguh, ingin rasanya dia menubruk
tubuh tegap Sung Min dan memeluknya erat. Andaikan urat malunya sudah putus,
dia ingin sekali melakukan hal itu. Tapi diurungkannya sekelebat ide gila tadi.
Dan Ha Neul hanya bisa membuang muka, menutupi kegugupannya akibat tatapan
lembut Sung Min.
“Aigo, kau memang
menggemaskan.”
“Yak, Oppa! Kau
mengacaukan tatanan rambutku.”
Sung Min tergelak
mendengar gerutuan dari bibir mungil Ha Neul. Diamatinya sosok gadis yang
selama sebulan ini telah dikenalnya. Yah, sejak pertemuan tak terduga awal
Februari lalu. Sung Min semakin dekat dengan Ha Neul, sahabat Sung Rin.
Dua hari sejak
pertemuan mereka di supermarket kala itu. Sung Min mengajak Kyu Hyun ke rumah
keluarga Park. Sebenarnya dia lebih memilih mengajak Dong Hae, tapi kesibukan
ikan pendek yang sedang mempersiapkan album pertama duo EunHae di Jepang tak
bisa dielak. Alhasil, dengan terpaksa dia mengajak setan magnae. Dan seperti
dugaannya, namja bermarga Cho tersbeut melakukan aksi usilnya pada Sung Min.
“Hyung,
mengapa tiba-tiba ingin ke rumah Sung Rin?”
“Hem…
itu… Dong Hae menitipkan sesuatu untuk Min Rin.”
“Jeongmalyo?
Hyung tidak menyembunyikan sesuatu kan? Aku dengar saat Hyung bertemu Sung Rin
di supermarket. Jangan bilang kalau kalian…”
“Aniya…
Yak!!! Apa kau tak mempercayai kekasihmu sendiri?”
“Aku
percaya pada Sung Rin, dia tak akan berpaling dari pesonaku. Tapi dengan
Hyung…”
“Kyunie,
kau tak mempercayaiku? Aku hanya ingin bertanya soal Ha Neul…”
“Got
it. Hahahaha. Akhirnya kau mengakui juga Hyung. Gomawo. Aku menang taruhan
berkat dirimu. Sung Rin-ah, tunggu pembalasanku.”
“Oppa, kau melamun?”
“Eoh? Ani. Sudah sore,
kajja aku antar pulang. Aku tak mau tuan Sung memarahiku karena terlambat
mengantarkan anak gadisnya pulang.”
Tanpa menunggu jawaban
dari Ha Neul, Sung Min telah berdiri dari tempatnya duduk. Tangannya terulur
bermaksud membantu Ha Neul. Malu-malu Ha Neul meraih telapak tangan Sung Min.
Semburat merah tercipta di kedua pipinya. Meskipun ini bukan kali pertama
mereka melakukan skinship, bagi Ha Neul bisa berpegangan tangan dengan Lee Sung
Min adalah keberuntungan yang tiada tara.
“Nona Sung, kau sakit?
Wajahmu memerah?”
DEG
Detak jantung Ha Neul
bekerja dua kali lipat. Kini wajahnya benar-benar telah memerah sepenuhnya.
Pertanyaan polos dari Sung Min sukses membuatnya diam tak berkutik. Sial.
Sepertinya Sung Min sengaja menggodanya.
Terdengar kekehan khas
dari bibir Sung Min. Ha Neul mendelik tajam setelah menyadari situasi yang
dialaminya. Dipukulnya pelan bahu Sung Min, melampiaskan rasa malu yang
mendera.
“Kau terlihat manis
jika malu-malu seperti itu.”
“Oppa, jangan
menggodaku. Kau tak bermaksud membuatku terkena serangan jantung, bukan?”
Sung Min terkikik
mendengar protesan Ha Neul. Tak menghiraukan wajah Ha Neul yang sudah seperti
udang rebus, ditariknya lengan Ha Neul. Membawa tubuh mungil tersebut mendekat
ke arahnya. Direngkuhnya tubuh Ha Neul dalam dekapan dada bidangnya.
Ha Neul mematung, tak
menyangka Sung Min akan melakukan hal seperti ini. Bahkan saat dirinya nyaris
pingsan di Cina setelah merayakan pesta ulang tahun Han Geng, Sung Min hanya
menggenggam tangannya. Yah, namja ini terlampau sopan. Dia tak jauh berbeda
dengan Ha Neul. Sulit mengekspresikan perasaannya.
“Sebentar saja.
Biarlah seperti ini. Aku tak ingin menyesal.”
“Oppa…”
“Aku bersyukur Tuhan
mempertemukanku denganmu, Ha Neul-ah. Di saat seperti ini, seandainya tak ada
dirimu. Aku tak tahu harus bercerita pada siapa lagi.”
Keduanya terdiam.
Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Atau lebih tepatnya sibuk menetralkan
detak jantung mereka. Sung Min tak lagi peduli jika Ha Neul bisa mendengar
debar jantungnya. Sedangkan Ha Neul, entah dorongan dari mana. Tangannya
perlahan terangkat, membalas pelukan Sung Min. Ditepuknya pelan punggung
namja—yang disayanginya diam-diam—ini sekadar memberi kekuatan padanya. Ha Neul
menghela nafas, dia mengerti kekhawatiran Sung Min. Sebagai seorang fans, dia
tahu betul apa yang dirasakan Sung Min.
---ooo---
“Hyung, kau yakin
dengan keputusanmu?”
“Hem, aku sangat yakin
Wookie.”
“Apa tak sebaiknya kau
menunggu Leeteuk terlebih dahulu, Min-ie?” tanya Hee Chul memastikan. Dia
berharap telinganya masih berfungsi dengan normal.
“Aniya. Leeteuk Hyung
sudah memiliki banyak beban, aku tak mau menambah kesulitannya dengan persoalan
sepele seperti ini.”
“Sepele katamu?!” Hee
Chul menaikkan nada bicaranya. Dia tak suka mendengar pernyataan dari Sung Min
tadi.
“Em… maksudku… em…
Hyung, jangan salah tangkap. Aku…”
“Sudahlah Hyung,
kurasa keputusan Sung Min Hyung tepat. Dengan begini kita tak harus kehilangan
lebih banyak member. Dan kegiatan Super Junior akan tetap bisa berjalan.”
Kangin ikut bicara melihat aura gelap telah menyelimuti Hee Chul. Dia tahu
betul watak namja cantik di hadapannya ini. Jika Hee Chul sudah marah, tidak
hanya Sung Min yang menjadi sasarannya. Tapi seluruh penghuni dorm akan menjadi
korban kekejaman Hee Chul.
“Yak!!! Racoon, kau
tak mendengar ucapannya tadi. Dia bilang masalah ini sepele. Apa dia tak
memikirkan kita? Lalu bagaimana dengan mereka? Uri ELF? Masalah ini tak hanya
menyangkut dirinya seorang, tapi juga masa depan Super Junior.”
“Hyung, jangan meledak
seperti itu. Apa yang dikatakan Kangin Hyung tepat. Kurasa keputusan Min-ie
Hyung untuk wamil tahun ini tepat. Hyung, tahun depan giliran kami bertiga yang
harus masuk wamil. Akan lebih berat lagi jika Min-ie Hyung mengundur jadwal
wamilnya.”
Dong Hae membujuk Hee
Chul, dialah satu-satunya member yang berani mengambil resiko mendekati namja
cantik ini. Semua tahu jika Hee Chul tak akan marah pada Dong Hae. Dan Hee Chul
paling menurut pada adik kesayangannya ini.
Hee Chul melirik
malas. Ditatapnya horror Sung Min yang duduk menekuk kepala di samping Kyu
Hyun. Tak seperti biasanya, kali ini setan magnae mengunci rapat bibirnya. Kyu
Hyun sama sekali tak ikut dalam perdebatan itu. Matanya terlihat memerah.
Wookie menatap iba pada magnae dorm ini, dia melangkah ke dapur lalu mengamil
beberapa botol air mineral.
“Kyu, minumlah.”
Wookie menyodorkan sebotol air di depan sang magnae. Seperti robot, Kyu Hyun
menerima minuman tersebut. Meneguknya beberapa kali. Berharap air dingin
tersebut dapat meredam emosi yang memenuhi dadanya.
“Hyung, ini untukmu.”
Hee Chul tak menolak
tawaran dari Wookie. Begitupun member lain. Untuk beberapa saat, suasana dorm
tersebut sepi. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar. Semuanya sibuk
memikirkan pernyataan Sung Min setengah jam yang lalu.
“Hee
Chul Hyung, bulan depan aku akan mendaftar wamil.”
“Mwo???”
“Ne,
aku rasa kini giliranku untuk meninggalkan kalian sementara.”
“Yak,
Lee Sung Min! Jangan gila, mengapa mendadak seperti ini. Bulan lalu Shin Dong
sudah mendaftar wamil. Lalu mengapa kau ikut-ikutan, hah?”
“Hyung,
aku sudah memikirkannya baik-baik. Dan kurasa sebaiknya aku masuk wamil tahun
ini. Dengan begitu, tahun depan kita tak harus kehilangan banyak member.”
“Sejujurnya, aku pun
takut Hyung. Aku takut mereka melupakanku. Mereka, uri ELF. Bisakah mereka
menungguku? Dua tahun tidaklah sebentar. Aku tahu itu. Tapi, kewajibanku
sebagai warga Negara Korea Selatan juga tak bisa diabaikan. Hyung, apakah
mereka akan tetap menantiku kembali?”
Dong Hae menghampiri
Sung Min, dipeluknya namja yang lebih tua terpaut beberapa bulannya darinya itu
penuh sayang. Dong Hae tahu betul ketakutan yang dirasakan Sung Min. Bahkan di
beberapa konser Super Show 5 kemarin Dong Hae dengan terang-terangan juga
mengatakan kekhawatiran tersebut. Eunhyuk, couple kesayangannya pun menangis
saat mengutarakan hal tersebut.
Setelah delapan tahun,
industry musik Korea semakin berkembang. Banyak grup baru yang bermunculan.
Mereka jauh lebih muda, lebih tampan, dan stamina lebih kuat. Tak heran jika
Sung Min khawatir seandainya saat wamil banyak ELF yang akan berpaling dari
dirinya maupun Super Junior.
“Tak aku pungkiri, aku
sangat takut. Sungguh. Seandainya saja tak ada aturan wamil, aku sangat senang.
Meskipun Super Junior tidak promosi album, kita masih bisa sibuk dengan
kegiatan individu. Kita bisa mempertahankan kerajaan biru safir. Fans akan
selalu mendukung apapun pilihan kita. Keundae… inilah pilihan Leeteuk Hyung.
Ani, aku juga mendukung keputusan Leeteuk Hyung agar semua member Super Junior
melaksanakan wamil.”
Sung Min mengambil
jeda sejenak. Dilihatnya satu per satu wajah semua orang. Lalu dia berhenti
saat melihat wajah adik kesayangannya. Kyu Hyun, dia menunduk. Sifat usilnya
entah hilang kemana. Ditepuknya bahu Kyu Hyun, lalu dia menggenggam tangan Kyu
Hyun sangat erat. Seolah dia tak ingin melepasnya.
“Hyung, aku ingin
sepertimu. Kau jauh lebih dewasa setelah keluar dari wamil. Meskipun kau masih
suka seenaknya, tapi kami menyadari perubahan sikapmu. Lihatlah Kangin, bahkan
dia jauh lebih baik setelah keluar dari wamil. Aku tidak bermaksud mengatakan
jika sebelum wamil sikap kalian buruk. Bukan. Hanya sebagai perbandingan. Yah,
kurasa kalian berdua pasti lebih paham maksudku.”
“Min-ie Hyung benar.
Hyung, bukankah pihak manajemen sudah memberi izin. SM tidak mempermasalahkan
hal ini. Lalu untuk apalagi kita ribut, eoh?”
Eunhyuk akhirnya
membuka mulut. Dia sudah tak tahan dengan suasana melankolis yang tercipta. Dia
lebih menyukai kegaduhan yang dibuat oleh para member dibandingkan melihat
kerutan di dahi orang-orang tersayangnya ini.
“Ne. Sebaiknya kita
mendukung pilihan Min-ie Hyung. Toh kita tak rugi, sebentar lagi Leeteuk Hyung
akan keluar wamil. Semua akan baik-baik saja. Yah, gwaenchana.”
“Kyu…”
“Ah, aku ada janji
dengan Sung Rin. Aku pergi dulu, mungkin aku akan pulang sedikit terlambat.
Kami akan pergi menonton.”
“Yak, setan magnae.
Jangan pulang terlalu larut. Aku bisa kena marah Min Rin jika kau membawa kabur
adiknya.”
“Hyung, jika kau tak
ingin kena omel Min Rin nuna, sebaiknya kau bawa pergi saja dia. Dengan begitu
dia tak akan tahu jika aku kencan dengan Sung Rin.”
Kyu Hyun tak lagi
menghiraukan umpatan yang keluar dari mulut Dong Hae. Dia melengang pergi,
meninggalkan Sung Min yang terdiam. Sung Min yakin jika Kyu Hyun
menghindarinya. Kyu Hyun hanya tak ingin terlihat lemah di mata member lain.
Dia sangat hafal watak Kyu Hyun. Begitupun member lain, mereka lebih memilih
diam. Tak ingin membuat suasana semakin runyam.
“Wookie, kau masak apa
malam ini? Aku lapar.” Si Won mencoba menetralkan suasana. Dia berusaha
mengalihkan fokus perhatian member. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul
21.00 KST. Mereka melupakan makan malam karena secara tiba-tiba Sung Min
membuka topic sensitif tadi.
“Eoh? Ini, aku membuat
stew ayam. Ada ramen dan kimchi juga. Kalian ingin makan sekarang, aku akan
menyiapkannya.”
“Wuah, terlihat
menggiurkan. Cepat siapkan Wookie, aku sudah sangat lapar.”
“Baiklah Shin Dong
Hyung.”
---ooo---
Suasana Kona Beans
terlihat sepi. Semua ini akibat ulah Sung Min yang menyuruh seluruh pegawainya
untuk pulang cepat dan menutup toko lebih cepat. Dibantu Sung Jin dan In Young,
dia menata Kona Beans menjadi seperti restoran mewah. Warna pink mendominasi
ruangan tersebut, tak heran karena memang warna itulah yang menjadi warna
kesukaan Sung Min.
“Nuna, bunga itu kau
taruh dekat meja kasir saja.”
“Arraseo.” In Young
beralih meletakkan guci berisikan bunga Seruni berwarna merah tersebut ke
tempat yang ditunjuk Sung Min.
“Sung Jin, jangan lupa
kau letakkan balon-balon tersebut di dekat kursi itu.”
“Hyung, kau sudah
mengatakannya tiga kali. Telingaku masih normal, tak perlu kau ucapkan
berulang-ulang.”
“Geurae. Mian.” Sung
Min menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia menatap pergelangan tangan
kirinya. Dahinya berkerut saat melihat angka yang tertera di sana.
“Sung Jin-ah, palli.
Sepuluh menit lagi dia tiba.”
Sung Min mendekati
Sung Jin, mengambil beberapa balon lalu meletakkannya di atas panggung mini.
Yah, Sung Min tak ingin gagal. Dia ingin kejutannya ini sukses. Hanya ada satu
kali kesempatan, dan dia tidak mau membuang kesempatan langka ini.
Tepat seperti
perhitungan Sung Min, suara langkah kaki terdengar jelas memasuki Kona Beans.
Bukan dari pintu masuk depan, namun dari lorong di dekat dapur. Dia sudah
mengirim pesan agar tamunya lewat pintu belakang. Syukurlah Sung Jin mau
membantunya menjadi pramuniaga. Khusus malam ini, yah, dia beruntung memiliki
adik yang bisa diandalkan seperti Sung Jin.
Sung Min mulai
melantunkan sebuah lagu. Lagu yang membuat para ELF semakin menyayangi mereka.
Lagu yang khusus dibuat oleh Super Junior untuk fans mereka, From U.
“This song is dedicated. To the world biggest fans club. The ELF. My
girls, my angel.”
Ha Neul terpaku di
tempatnya berdiri. Matanya membelalak melihat pemandangan indah di depannya.
Karpet merah, taburan bunga, balon, semua terlihat mempesona di matanya. Dan
satu lagi yang tak kalah mempesona, Sung Min duduk sambil memangku sebuah
gitar. Menyanyikan lagu kesukaan Ha Neul. Dia tak menyangka jika Sung Min
mengetahui lagu favoritnya. Mungkin kebetulan, begitulah yang ia pikir.
Perlahan Ha Neul
melangkah, mendekati kursi yang Sung Min persiapkan. Berjarak dua meter dari
panggung mini tersebut. Ha Neul mendudukkan tubuhnya di kursi itu. Matanya tak
lepas memandang Sung Min. Sesekali dia ikut bernyanyi mengikuti irama petikan
senar gitar Sung Min.
Suara tepuk tangan Ha Neul
terdengar nyaring di seluruh penjuru ruangan. Mengakhiri nyanyian Sung Min.
Senyum keduanya tercetak jelas. Raut kebahagiaan menghias wajah Sung Min maupun
Ha Neul.
“Oppa, untuk apa semua
ini? Seingatku kau tidak ulang tahun hari ini.”
Sung Min mengulum
senyum mendengar pertanyaan polos dari gadis cantik di depannya. Bahkan
meskipun hanya di balut celana jeans biru ketat dipadu dengan blus berwarna
senada, ditambah sweater putih yang menutupi tubuh mungilnya dan sebuah syal
menggantung di leher, gadis ini terlihat cantik di mata Sung Min. Sung Min
menarik pergelangan tangan Ha Neul. Membawanya ke meja makan di sudut lain
ruangan ini. Lagi-lagi Ha Neul dibuat bungkam. Meja tersebut ditata dengan
sangat apik. Sebuah lilin dinyalakan ditengah-tengah meja, menambah kesan romantis.
“Duduklah.” Sung Min
berujar pelan. Bukan sebuah perintah, tapi seperti permintaan. Tak ada paksaan
di sana. Namun Ha Neul merasa tersihir dan mengikuti apa yang dikatakan oleh
Sung Min.
“Semua ini special aku
persiapkan untukmu.”
“Untukku?”
Anggukan kepala Sung
Min menjawab pertanyaan retoris dari Ha Neul. “Kau baru pulang kuliah, kan?
Makanlah.”
Sung Min mengedikkan
dagu, menunjuk ke arah pancake coklat di depan Ha Neul. Kali ini Ha Neul tak
bisa membendung rasa ingin tahunya. Dia merasa ini bukan kebetulan semata.
Pancake coklat, makanan kesukaan Ha Neul di mana pun Café yang dia datangi. Dan
dia heran mengapa Sung Min bisa menghidangkan makanan kesukaannya tersebut.
“Oppa, ini semua bukan
kebetulan kan? Bunga Seruni, lagu From U, pancake coklat. Oh, ayolah. Mana ada
kebetulan yang berturut-turut seperti ini?”
“Ah, kau menyadarinya?
Aku pikir kau tak menyadari semua ini.”
“Mana bisa begitu?
Semua terlihat sangat jelas.”
Sung Min tertawa
melihat Ha Neul yang mengerucutkan bibirnya. Menggemaskan dan sangat cantik,
itulah yang Sung Min pikirkan.
“Hem, bukankah sudah
aku katakan, semua ini aku persiapkan khusus untukmu.”
“Tapi untuk apa. Hari
ini bukan ulang tahunku. Tidak ada perayaan special pula.”
“Mulai sekarang ada.
Hari ini, jam ini, detik ini juga. Kau harus mengingatnya baik-baik. Karena aku…
aku… aku mau kau menjadi kekasihku.”
“Mwo?”
“Ha Neul-ah, kau tahu
betul bagaimana diriku. Aku tidak bisa seperti Dong Hae yang pintar merangkai
kata. Aku juga tak bisa seperti Eunhyuk yang pandai merayu gadis. Tak bisa
seperti Kyu Hyun yang selalu sempurna di mata para gadis. Aku hanyalah seorang
Lee Sung Min yang dengan tulus mencintai Sung Ha Neul. Gadis yang teramat
special bagiku. Tampak sangat cantik meskipun tanpa riasan make up. Gadis yang
berhasil mencuri hatiku sejak pertama bertemu. Jadi… kau, Ha Neul-ah. Maukah
menerimaku sebagai kekasihmu?”
“Oppa…”
“Aku tak bisa
menjanjikan kebahagiaan untukmu. Bahkan kau tahu pasti jika hubungan kita harus
dirahasiakan dari publik karena profesiku. Tapi… aku bertaruh jika hatiku
sepenuhnya milikmu. Perasaanku sudah terkunci pada satu nama, Sung Ha Neul.
Karena itu… sebelum aku pergi, aku ingin megutarakan isi hatiku ini. Aku takut…
aku takut tak sempat mengatakannya. Dan aku takut… aku akan menyesal jika tak
mengutarakan semua ini.”
Ha Neul mengulum
senyum. Diraihnya tangan Sung Min. Dia menggenggamnya erat. Sung Min menatap
sendu. Tersirat jelas dari manic matanya jika dia penasaran dengan jawaban Ha
Neul.
“Oppa, gomawo. Terima
kasih karena sudah mencintaiku. Takut itu wajar, tapi jangan sampai ketakutan
itu menghantui dirimu. Aku sungguh beruntung bisa dicintai oleh seorang idol.
Sungguh, aku sangat senang mendengarnya.”
“Ha Neul-ah, kau
menolakku?”
“Ck, Oppa… aku belum
selesai.”
“Sebaiknya tak kau
teruskan jika kau hanya akan menolakku. Aku tak mau mendengarnya.”
“Yak, siapa bilang aku
akan menolakmu?”
“Jadi kau menerimaku?”
“Aniya, bukan begitu.”
“Ha Neul-ah, jika
tidak menolak berarti kau menerima. Benar kan Sung Jin?”
“Ne. Kau benar Hyung.
Sudahlah Ha Neul-ah, kau terima saja lelaki mengenaskan ini. Kau tak kasihan
dengan usahanya? Akan terlihat sia-sia jika kau menolaknya.”
“Yak! Lee Sung Jin,
sebaiknya kau pergi sana. Kau merusak acara kami.”
“Mwo? Hyung, bukankah
kau yang memintaku untuk merekam kalian diam-diam. Dan asal kau ingat, kau
sendiri yang dengan bodohnya membongkar keberadaanku.”
Ha Neul terkikik
melihat pertengkaran kakak-beradik keluarga Lee tersebut. Dia merasa beruntung
bisa melihat sisi lain Sung Min.
“Ha Neul-ah? Otte? Kau
menerima Hyung?”
Sung Min mengalihkan
perhatiannya kembali pada Ha Neul. Tak mempedulikan cibiran Sung Jin yang masih
setia memegang handycam. Ha Neul menyunggingkan senyuman. Dia menoleh menatap
Sung Min, lalu sebuah anggukan dia berikan.
“Jeongmalyo?” pekik Sung
Min girang.
“Ne, aku mau Oppa.
Keundae… kau belum menjawab pertanyaanku. Dari mana Oppa bisa tahu semua
kesukaanku?”
“Itu… Sung Rin sedikit
membantuku.”
“Ck, gadis itu…”
“Jangan marah padanya.
Aku yang memaksa.”
“Arraseo. Aku justru
akan berterima kasih padanya. Berkat dirinya aku bisa bertemu denganmu. Dan
bantuan darinya ini, ah… aku harus mengatakan apalagi.”
“Ha Neul-ah,
berjanjilah satu hal. Kau akan menungguku. Dua tahun. Berjanjilah kau akan
menantiku dan tak melirik lelaki mana pun.”
“Aku pasti menantimu
Oppa. Keundae… untuk janji yang satu lagi. Aku tak menjamin Oppa.”
“Mwo? Yak! Bagaimana
bisa kau membuatku melambung namun sedetik kemudian kau menjatuhkanku ke
jurang, Ha Neul-ah?”
“Oppa, selain kau ada
lelaki lain yang sudah mengisi hatiku. Dan tempatnya tak bisa digantikan oleh
siapapun. Kau juga harus mau berbagi dengan lelaki tersebut.”
“Ani. Aku tak mau
berbagi de…”
“Lelaki itu uri Appa.
Kau tak bisa melarangku untuk tak meliriknya, Oppa.”
Ucapan Sung Min
terhenti mendengar kelanjutan kalimat dari Ha Neul. Wajahnya memerah, terlampau
malu. Tak jauh dari pasangan kekasih ini, terdengar sebuah tawa nyaring. Sung
Jin tergelak menyaksikan kecemburuan Sung Min. Bagi Sung Jin ini peristiwa
langka.
“Hyung, ck ck ck. Tak
kusangka kau bisa cemburu.”
“Yak! Lee Sung Jin,
kau masih di sana rupanya. Awas kau! Jangan lari. Yak yak!!!”
Sung Min bersiap
mengahmpiri Sung Jin untuk merebut handycam. Dia tak ingin kejadian tadi
tersebar di kalangan member. Namun Sung Jin lebih dulu berhasil kabur. Ha Neul
tertawa melihat aksi kejar-kejaran kedua Lee.
Yah, dua tahun memang
tak sebentar. Namun tak terlalu lama. Dia berjanji akan selalu menunggu Sung
Min kembali. Dia yakin, tak hanya dirinya yang akan menunggu Sung Min. Tapi
semua member Super Junior dan ELF di seluruh dunia pasti juga akan menunggunya.
Mereka sudah bersama selama delapan tahun. Bagi Ha Neul, dua tahun tidaklah seberapa.
Karena sampai kapanpun Sung Min tetaplah salah satu superman, bagi Ha Neul dan
ELF.
---fin---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar