Senin, 10 Maret 2014

[FanFiction] I'm Afraid



Title                 : I’m Afraid
Author             : Chiaki Minaka
Main Cast        : Lee Sung Min & Sung Ha Neul
Genre              : Romance, Family
Rated               : General
Length             : Ficlet
Disc                 : Seluruh cast milik Tuhan dan orangtua masing-masing. DILARANG copy paste tanpa ijin dan menyalahgunakan FF ini. Apalagi untuk kepentingan pribadi. Adanya kesamaan tokoh, alur, setting dan segala atributnya hanyalah ketidaksengajaan. Tidak suka dengan ceritanya, DON’T BASH. RCL tidak diwajibkan, lakukan sesuka kalian, author tak akan memaksa lagi ^^

WARNING TYPO’s!!!

Takut itu wajar, tapi jangan sampai ketakutan itu menghantui dirimu. (Sung Ha Neul)
Aku bersyukur karena Tuhan mengirim dirimu untukku. Kumohon, tetaplah bersamaku. (Lee Sung Min)

---Story Begin---

“Semua akan baik-baik saja, Oppa. Jangan khawatir.”
“Entahlah, Ha Neul-ah. Aku tidak yakin hal ini bisa dibilang baik-baik saja.”
“Oppa, percayalah. Bukankah Leeteuk Oppa akan segera kembali?”
Sung Min menghela nafas berat. Pikirannya berkecamuk, ada keraguan di dalam hatinya. Dia tak menyalahkan perkataan Ha Neul, namun dia tak bisa pula membenarkan. Sesuatu mengusik isi kepalanya. Seperti ada bom waktu yang siap meledak kapan saja jika tak segera diselesaikan.
“Oppa, jangan ragu. Mereka pasti siap mendengar keputusanmu. Delapan tahun bersama, mengapa kau masih ragu akan ketulusan mereka?”
Kali ini sebuah senyuman manis terukir dari bibir Sung Min. Membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Ucapan yang dilontarkan Ha Neul berhasil mengobati kekhawatirannya. Setidaknya keraguan tadi sedikit terkikis mendengar penjelasan Ha Neul. Sekarang dia dengan pasti membenarkan kalimat tersebut. Yah, sudah delapan tahun. Dua tahun tidaklah seberapa. Sung Min yakin, tak akan ada yang berubah.
“Ha Neul-ah, gomawo.”
Ha Neul tersenyum mendengar ucapan namja dihadapannya ini. Sungguh, ingin rasanya dia menubruk tubuh tegap Sung Min dan memeluknya erat. Andaikan urat malunya sudah putus, dia ingin sekali melakukan hal itu. Tapi diurungkannya sekelebat ide gila tadi. Dan Ha Neul hanya bisa membuang muka, menutupi kegugupannya akibat tatapan lembut Sung Min.
“Aigo, kau memang menggemaskan.”
“Yak, Oppa! Kau mengacaukan tatanan rambutku.”
Sung Min tergelak mendengar gerutuan dari bibir mungil Ha Neul. Diamatinya sosok gadis yang selama sebulan ini telah dikenalnya. Yah, sejak pertemuan tak terduga awal Februari lalu. Sung Min semakin dekat dengan Ha Neul, sahabat Sung Rin.

Dua hari sejak pertemuan mereka di supermarket kala itu. Sung Min mengajak Kyu Hyun ke rumah keluarga Park. Sebenarnya dia lebih memilih mengajak Dong Hae, tapi kesibukan ikan pendek yang sedang mempersiapkan album pertama duo EunHae di Jepang tak bisa dielak. Alhasil, dengan terpaksa dia mengajak setan magnae. Dan seperti dugaannya, namja bermarga Cho tersbeut melakukan aksi usilnya pada Sung Min.

“Hyung, mengapa tiba-tiba ingin ke rumah Sung Rin?”
“Hem… itu… Dong Hae menitipkan sesuatu untuk Min Rin.”
“Jeongmalyo? Hyung tidak menyembunyikan sesuatu kan? Aku dengar saat Hyung bertemu Sung Rin di supermarket. Jangan bilang kalau kalian…”
“Aniya… Yak!!! Apa kau tak mempercayai kekasihmu sendiri?”
“Aku percaya pada Sung Rin, dia tak akan berpaling dari pesonaku. Tapi dengan Hyung…”
“Kyunie, kau tak mempercayaiku? Aku hanya ingin bertanya soal Ha Neul…”
“Got it. Hahahaha. Akhirnya kau mengakui juga Hyung. Gomawo. Aku menang taruhan berkat dirimu. Sung Rin-ah, tunggu pembalasanku.”

“Oppa, kau melamun?”
“Eoh? Ani. Sudah sore, kajja aku antar pulang. Aku tak mau tuan Sung memarahiku karena terlambat mengantarkan anak gadisnya pulang.”
Tanpa menunggu jawaban dari Ha Neul, Sung Min telah berdiri dari tempatnya duduk. Tangannya terulur bermaksud membantu Ha Neul. Malu-malu Ha Neul meraih telapak tangan Sung Min. Semburat merah tercipta di kedua pipinya. Meskipun ini bukan kali pertama mereka melakukan skinship, bagi Ha Neul bisa berpegangan tangan dengan Lee Sung Min adalah keberuntungan yang tiada tara.
“Nona Sung, kau sakit? Wajahmu memerah?”
DEG
Detak jantung Ha Neul bekerja dua kali lipat. Kini wajahnya benar-benar telah memerah sepenuhnya. Pertanyaan polos dari Sung Min sukses membuatnya diam tak berkutik. Sial. Sepertinya Sung Min sengaja menggodanya.
Terdengar kekehan khas dari bibir Sung Min. Ha Neul mendelik tajam setelah menyadari situasi yang dialaminya. Dipukulnya pelan bahu Sung Min, melampiaskan rasa malu yang mendera.
“Kau terlihat manis jika malu-malu seperti itu.”
“Oppa, jangan menggodaku. Kau tak bermaksud membuatku terkena serangan jantung, bukan?”
Sung Min terkikik mendengar protesan Ha Neul. Tak menghiraukan wajah Ha Neul yang sudah seperti udang rebus, ditariknya lengan Ha Neul. Membawa tubuh mungil tersebut mendekat ke arahnya. Direngkuhnya tubuh Ha Neul dalam dekapan dada bidangnya.
Ha Neul mematung, tak menyangka Sung Min akan melakukan hal seperti ini. Bahkan saat dirinya nyaris pingsan di Cina setelah merayakan pesta ulang tahun Han Geng, Sung Min hanya menggenggam tangannya. Yah, namja ini terlampau sopan. Dia tak jauh berbeda dengan Ha Neul. Sulit mengekspresikan perasaannya.
“Sebentar saja. Biarlah seperti ini. Aku tak ingin menyesal.”
“Oppa…”
“Aku bersyukur Tuhan mempertemukanku denganmu, Ha Neul-ah. Di saat seperti ini, seandainya tak ada dirimu. Aku tak tahu harus bercerita pada siapa lagi.”
Keduanya terdiam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Atau lebih tepatnya sibuk menetralkan detak jantung mereka. Sung Min tak lagi peduli jika Ha Neul bisa mendengar debar jantungnya. Sedangkan Ha Neul, entah dorongan dari mana. Tangannya perlahan terangkat, membalas pelukan Sung Min. Ditepuknya pelan punggung namja—yang disayanginya diam-diam—ini sekadar memberi kekuatan padanya. Ha Neul menghela nafas, dia mengerti kekhawatiran Sung Min. Sebagai seorang fans, dia tahu betul apa yang dirasakan Sung Min.
---ooo---

“Hyung, kau yakin dengan keputusanmu?”
“Hem, aku sangat yakin Wookie.”
“Apa tak sebaiknya kau menunggu Leeteuk terlebih dahulu, Min-ie?” tanya Hee Chul memastikan. Dia berharap telinganya masih berfungsi dengan normal.
“Aniya. Leeteuk Hyung sudah memiliki banyak beban, aku tak mau menambah kesulitannya dengan persoalan sepele seperti ini.”
“Sepele katamu?!” Hee Chul menaikkan nada bicaranya. Dia tak suka mendengar pernyataan dari Sung Min tadi.
“Em… maksudku… em… Hyung, jangan salah tangkap. Aku…”
“Sudahlah Hyung, kurasa keputusan Sung Min Hyung tepat. Dengan begini kita tak harus kehilangan lebih banyak member. Dan kegiatan Super Junior akan tetap bisa berjalan.” Kangin ikut bicara melihat aura gelap telah menyelimuti Hee Chul. Dia tahu betul watak namja cantik di hadapannya ini. Jika Hee Chul sudah marah, tidak hanya Sung Min yang menjadi sasarannya. Tapi seluruh penghuni dorm akan menjadi korban kekejaman Hee Chul.
“Yak!!! Racoon, kau tak mendengar ucapannya tadi. Dia bilang masalah ini sepele. Apa dia tak memikirkan kita? Lalu bagaimana dengan mereka? Uri ELF? Masalah ini tak hanya menyangkut dirinya seorang, tapi juga masa depan Super Junior.”
“Hyung, jangan meledak seperti itu. Apa yang dikatakan Kangin Hyung tepat. Kurasa keputusan Min-ie Hyung untuk wamil tahun ini tepat. Hyung, tahun depan giliran kami bertiga yang harus masuk wamil. Akan lebih berat lagi jika Min-ie Hyung mengundur jadwal wamilnya.”
Dong Hae membujuk Hee Chul, dialah satu-satunya member yang berani mengambil resiko mendekati namja cantik ini. Semua tahu jika Hee Chul tak akan marah pada Dong Hae. Dan Hee Chul paling menurut pada adik kesayangannya ini.
Hee Chul melirik malas. Ditatapnya horror Sung Min yang duduk menekuk kepala di samping Kyu Hyun. Tak seperti biasanya, kali ini setan magnae mengunci rapat bibirnya. Kyu Hyun sama sekali tak ikut dalam perdebatan itu. Matanya terlihat memerah. Wookie menatap iba pada magnae dorm ini, dia melangkah ke dapur lalu mengamil beberapa botol air mineral.
“Kyu, minumlah.” Wookie menyodorkan sebotol air di depan sang magnae. Seperti robot, Kyu Hyun menerima minuman tersebut. Meneguknya beberapa kali. Berharap air dingin tersebut dapat meredam emosi yang memenuhi dadanya.
“Hyung, ini untukmu.”
Hee Chul tak menolak tawaran dari Wookie. Begitupun member lain. Untuk beberapa saat, suasana dorm tersebut sepi. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar. Semuanya sibuk memikirkan pernyataan Sung Min setengah jam yang lalu.

“Hee Chul Hyung, bulan depan aku akan mendaftar wamil.”
“Mwo???”
“Ne, aku rasa kini giliranku untuk meninggalkan kalian sementara.”
“Yak, Lee Sung Min! Jangan gila, mengapa mendadak seperti ini. Bulan lalu Shin Dong sudah mendaftar wamil. Lalu mengapa kau ikut-ikutan, hah?”
“Hyung, aku sudah memikirkannya baik-baik. Dan kurasa sebaiknya aku masuk wamil tahun ini. Dengan begitu, tahun depan kita tak harus kehilangan banyak member.”

“Sejujurnya, aku pun takut Hyung. Aku takut mereka melupakanku. Mereka, uri ELF. Bisakah mereka menungguku? Dua tahun tidaklah sebentar. Aku tahu itu. Tapi, kewajibanku sebagai warga Negara Korea Selatan juga tak bisa diabaikan. Hyung, apakah mereka akan tetap menantiku kembali?”
Dong Hae menghampiri Sung Min, dipeluknya namja yang lebih tua terpaut beberapa bulannya darinya itu penuh sayang. Dong Hae tahu betul ketakutan yang dirasakan Sung Min. Bahkan di beberapa konser Super Show 5 kemarin Dong Hae dengan terang-terangan juga mengatakan kekhawatiran tersebut. Eunhyuk, couple kesayangannya pun menangis saat mengutarakan hal tersebut.
Setelah delapan tahun, industry musik Korea semakin berkembang. Banyak grup baru yang bermunculan. Mereka jauh lebih muda, lebih tampan, dan stamina lebih kuat. Tak heran jika Sung Min khawatir seandainya saat wamil banyak ELF yang akan berpaling dari dirinya maupun Super Junior.
“Tak aku pungkiri, aku sangat takut. Sungguh. Seandainya saja tak ada aturan wamil, aku sangat senang. Meskipun Super Junior tidak promosi album, kita masih bisa sibuk dengan kegiatan individu. Kita bisa mempertahankan kerajaan biru safir. Fans akan selalu mendukung apapun pilihan kita. Keundae… inilah pilihan Leeteuk Hyung. Ani, aku juga mendukung keputusan Leeteuk Hyung agar semua member Super Junior melaksanakan wamil.”
Sung Min mengambil jeda sejenak. Dilihatnya satu per satu wajah semua orang. Lalu dia berhenti saat melihat wajah adik kesayangannya. Kyu Hyun, dia menunduk. Sifat usilnya entah hilang kemana. Ditepuknya bahu Kyu Hyun, lalu dia menggenggam tangan Kyu Hyun sangat erat. Seolah dia tak ingin melepasnya.
“Hyung, aku ingin sepertimu. Kau jauh lebih dewasa setelah keluar dari wamil. Meskipun kau masih suka seenaknya, tapi kami menyadari perubahan sikapmu. Lihatlah Kangin, bahkan dia jauh lebih baik setelah keluar dari wamil. Aku tidak bermaksud mengatakan jika sebelum wamil sikap kalian buruk. Bukan. Hanya sebagai perbandingan. Yah, kurasa kalian berdua pasti lebih paham maksudku.”
“Min-ie Hyung benar. Hyung, bukankah pihak manajemen sudah memberi izin. SM tidak mempermasalahkan hal ini. Lalu untuk apalagi kita ribut, eoh?”
Eunhyuk akhirnya membuka mulut. Dia sudah tak tahan dengan suasana melankolis yang tercipta. Dia lebih menyukai kegaduhan yang dibuat oleh para member dibandingkan melihat kerutan di dahi orang-orang tersayangnya ini.
“Ne. Sebaiknya kita mendukung pilihan Min-ie Hyung. Toh kita tak rugi, sebentar lagi Leeteuk Hyung akan keluar wamil. Semua akan baik-baik saja. Yah, gwaenchana.”
“Kyu…”
“Ah, aku ada janji dengan Sung Rin. Aku pergi dulu, mungkin aku akan pulang sedikit terlambat. Kami akan pergi menonton.”
“Yak, setan magnae. Jangan pulang terlalu larut. Aku bisa kena marah Min Rin jika kau membawa kabur adiknya.”
“Hyung, jika kau tak ingin kena omel Min Rin nuna, sebaiknya kau bawa pergi saja dia. Dengan begitu dia tak akan tahu jika aku kencan dengan Sung Rin.”
Kyu Hyun tak lagi menghiraukan umpatan yang keluar dari mulut Dong Hae. Dia melengang pergi, meninggalkan Sung Min yang terdiam. Sung Min yakin jika Kyu Hyun menghindarinya. Kyu Hyun hanya tak ingin terlihat lemah di mata member lain. Dia sangat hafal watak Kyu Hyun. Begitupun member lain, mereka lebih memilih diam. Tak ingin membuat suasana semakin runyam.
“Wookie, kau masak apa malam ini? Aku lapar.” Si Won mencoba menetralkan suasana. Dia berusaha mengalihkan fokus perhatian member. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.00 KST. Mereka melupakan makan malam karena secara tiba-tiba Sung Min membuka topic sensitif tadi.
“Eoh? Ini, aku membuat stew ayam. Ada ramen dan kimchi juga. Kalian ingin makan sekarang, aku akan menyiapkannya.”
“Wuah, terlihat menggiurkan. Cepat siapkan Wookie, aku sudah sangat lapar.”
“Baiklah Shin Dong Hyung.”
---ooo---

Suasana Kona Beans terlihat sepi. Semua ini akibat ulah Sung Min yang menyuruh seluruh pegawainya untuk pulang cepat dan menutup toko lebih cepat. Dibantu Sung Jin dan In Young, dia menata Kona Beans menjadi seperti restoran mewah. Warna pink mendominasi ruangan tersebut, tak heran karena memang warna itulah yang menjadi warna kesukaan Sung Min.
“Nuna, bunga itu kau taruh dekat meja kasir saja.”
“Arraseo.” In Young beralih meletakkan guci berisikan bunga Seruni berwarna merah tersebut ke tempat yang ditunjuk Sung Min.
“Sung Jin, jangan lupa kau letakkan balon-balon tersebut di dekat kursi itu.”
“Hyung, kau sudah mengatakannya tiga kali. Telingaku masih normal, tak perlu kau ucapkan berulang-ulang.”
“Geurae. Mian.” Sung Min menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia menatap pergelangan tangan kirinya. Dahinya berkerut saat melihat angka yang tertera di sana.
“Sung Jin-ah, palli. Sepuluh menit lagi dia tiba.”
Sung Min mendekati Sung Jin, mengambil beberapa balon lalu meletakkannya di atas panggung mini. Yah, Sung Min tak ingin gagal. Dia ingin kejutannya ini sukses. Hanya ada satu kali kesempatan, dan dia tidak mau membuang kesempatan langka ini.
Tepat seperti perhitungan Sung Min, suara langkah kaki terdengar jelas memasuki Kona Beans. Bukan dari pintu masuk depan, namun dari lorong di dekat dapur. Dia sudah mengirim pesan agar tamunya lewat pintu belakang. Syukurlah Sung Jin mau membantunya menjadi pramuniaga. Khusus malam ini, yah, dia beruntung memiliki adik yang bisa diandalkan seperti Sung Jin.
Sung Min mulai melantunkan sebuah lagu. Lagu yang membuat para ELF semakin menyayangi mereka. Lagu yang khusus dibuat oleh Super Junior untuk fans mereka, From U.
This song is dedicated. To the world biggest fans club. The ELF. My girls, my angel.
Ha Neul terpaku di tempatnya berdiri. Matanya membelalak melihat pemandangan indah di depannya. Karpet merah, taburan bunga, balon, semua terlihat mempesona di matanya. Dan satu lagi yang tak kalah mempesona, Sung Min duduk sambil memangku sebuah gitar. Menyanyikan lagu kesukaan Ha Neul. Dia tak menyangka jika Sung Min mengetahui lagu favoritnya. Mungkin kebetulan, begitulah yang ia pikir.
Perlahan Ha Neul melangkah, mendekati kursi yang Sung Min persiapkan. Berjarak dua meter dari panggung mini tersebut. Ha Neul mendudukkan tubuhnya di kursi itu. Matanya tak lepas memandang Sung Min. Sesekali dia ikut bernyanyi mengikuti irama petikan senar gitar Sung Min.
Suara tepuk tangan Ha Neul terdengar nyaring di seluruh penjuru ruangan. Mengakhiri nyanyian Sung Min. Senyum keduanya tercetak jelas. Raut kebahagiaan menghias wajah Sung Min maupun Ha Neul.
“Oppa, untuk apa semua ini? Seingatku kau tidak ulang tahun hari ini.”
Sung Min mengulum senyum mendengar pertanyaan polos dari gadis cantik di depannya. Bahkan meskipun hanya di balut celana jeans biru ketat dipadu dengan blus berwarna senada, ditambah sweater putih yang menutupi tubuh mungilnya dan sebuah syal menggantung di leher, gadis ini terlihat cantik di mata Sung Min. Sung Min menarik pergelangan tangan Ha Neul. Membawanya ke meja makan di sudut lain ruangan ini. Lagi-lagi Ha Neul dibuat bungkam. Meja tersebut ditata dengan sangat apik. Sebuah lilin dinyalakan ditengah-tengah meja, menambah kesan romantis.
“Duduklah.” Sung Min berujar pelan. Bukan sebuah perintah, tapi seperti permintaan. Tak ada paksaan di sana. Namun Ha Neul merasa tersihir dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Sung Min.
“Semua ini special aku persiapkan untukmu.”
“Untukku?”
Anggukan kepala Sung Min menjawab pertanyaan retoris dari Ha Neul. “Kau baru pulang kuliah, kan? Makanlah.”
Sung Min mengedikkan dagu, menunjuk ke arah pancake coklat di depan Ha Neul. Kali ini Ha Neul tak bisa membendung rasa ingin tahunya. Dia merasa ini bukan kebetulan semata. Pancake coklat, makanan kesukaan Ha Neul di mana pun Café yang dia datangi. Dan dia heran mengapa Sung Min bisa menghidangkan makanan kesukaannya tersebut.
“Oppa, ini semua bukan kebetulan kan? Bunga Seruni, lagu From U, pancake coklat. Oh, ayolah. Mana ada kebetulan yang berturut-turut seperti ini?”
“Ah, kau menyadarinya? Aku pikir kau tak menyadari semua ini.”
“Mana bisa begitu? Semua terlihat sangat jelas.”
Sung Min tertawa melihat Ha Neul yang mengerucutkan bibirnya. Menggemaskan dan sangat cantik, itulah yang Sung Min pikirkan.
“Hem, bukankah sudah aku katakan, semua ini aku persiapkan khusus untukmu.”
“Tapi untuk apa. Hari ini bukan ulang tahunku. Tidak ada perayaan special pula.”
“Mulai sekarang ada. Hari ini, jam ini, detik ini juga. Kau harus mengingatnya baik-baik. Karena aku… aku… aku mau kau menjadi kekasihku.”
“Mwo?”
“Ha Neul-ah, kau tahu betul bagaimana diriku. Aku tidak bisa seperti Dong Hae yang pintar merangkai kata. Aku juga tak bisa seperti Eunhyuk yang pandai merayu gadis. Tak bisa seperti Kyu Hyun yang selalu sempurna di mata para gadis. Aku hanyalah seorang Lee Sung Min yang dengan tulus mencintai Sung Ha Neul. Gadis yang teramat special bagiku. Tampak sangat cantik meskipun tanpa riasan make up. Gadis yang berhasil mencuri hatiku sejak pertama bertemu. Jadi… kau, Ha Neul-ah. Maukah menerimaku sebagai kekasihmu?”
“Oppa…”
“Aku tak bisa menjanjikan kebahagiaan untukmu. Bahkan kau tahu pasti jika hubungan kita harus dirahasiakan dari publik karena profesiku. Tapi… aku bertaruh jika hatiku sepenuhnya milikmu. Perasaanku sudah terkunci pada satu nama, Sung Ha Neul. Karena itu… sebelum aku pergi, aku ingin megutarakan isi hatiku ini. Aku takut… aku takut tak sempat mengatakannya. Dan aku takut… aku akan menyesal jika tak mengutarakan semua ini.”
Ha Neul mengulum senyum. Diraihnya tangan Sung Min. Dia menggenggamnya erat. Sung Min menatap sendu. Tersirat jelas dari manic matanya jika dia penasaran dengan jawaban Ha Neul.
“Oppa, gomawo. Terima kasih karena sudah mencintaiku. Takut itu wajar, tapi jangan sampai ketakutan itu menghantui dirimu. Aku sungguh beruntung bisa dicintai oleh seorang idol. Sungguh, aku sangat senang mendengarnya.”
“Ha Neul-ah, kau menolakku?”
“Ck, Oppa… aku belum selesai.”
“Sebaiknya tak kau teruskan jika kau hanya akan menolakku. Aku tak mau mendengarnya.”
“Yak, siapa bilang aku akan menolakmu?”
“Jadi kau menerimaku?”
“Aniya, bukan begitu.”
“Ha Neul-ah, jika tidak menolak berarti kau menerima. Benar kan Sung Jin?”
“Ne. Kau benar Hyung. Sudahlah Ha Neul-ah, kau terima saja lelaki mengenaskan ini. Kau tak kasihan dengan usahanya? Akan terlihat sia-sia jika kau menolaknya.”
“Yak! Lee Sung Jin, sebaiknya kau pergi sana. Kau merusak acara kami.”
“Mwo? Hyung, bukankah kau yang memintaku untuk merekam kalian diam-diam. Dan asal kau ingat, kau sendiri yang dengan bodohnya membongkar keberadaanku.”
Ha Neul terkikik melihat pertengkaran kakak-beradik keluarga Lee tersebut. Dia merasa beruntung bisa melihat sisi lain Sung Min.
“Ha Neul-ah? Otte? Kau menerima Hyung?”
Sung Min mengalihkan perhatiannya kembali pada Ha Neul. Tak mempedulikan cibiran Sung Jin yang masih setia memegang handycam. Ha Neul menyunggingkan senyuman. Dia menoleh menatap Sung Min, lalu sebuah anggukan dia berikan.
“Jeongmalyo?” pekik Sung Min girang.
“Ne, aku mau Oppa. Keundae… kau belum menjawab pertanyaanku. Dari mana Oppa bisa tahu semua kesukaanku?”
“Itu… Sung Rin sedikit membantuku.”
“Ck, gadis itu…”
“Jangan marah padanya. Aku yang memaksa.”
“Arraseo. Aku justru akan berterima kasih padanya. Berkat dirinya aku bisa bertemu denganmu. Dan bantuan darinya ini, ah… aku harus mengatakan apalagi.”
“Ha Neul-ah, berjanjilah satu hal. Kau akan menungguku. Dua tahun. Berjanjilah kau akan menantiku dan tak melirik lelaki mana pun.”
“Aku pasti menantimu Oppa. Keundae… untuk janji yang satu lagi. Aku tak menjamin Oppa.”
“Mwo? Yak! Bagaimana bisa kau membuatku melambung namun sedetik kemudian kau menjatuhkanku ke jurang, Ha Neul-ah?”
“Oppa, selain kau ada lelaki lain yang sudah mengisi hatiku. Dan tempatnya tak bisa digantikan oleh siapapun. Kau juga harus mau berbagi dengan lelaki tersebut.”
“Ani. Aku tak mau berbagi de…”
“Lelaki itu uri Appa. Kau tak bisa melarangku untuk tak meliriknya, Oppa.”
Ucapan Sung Min terhenti mendengar kelanjutan kalimat dari Ha Neul. Wajahnya memerah, terlampau malu. Tak jauh dari pasangan kekasih ini, terdengar sebuah tawa nyaring. Sung Jin tergelak menyaksikan kecemburuan Sung Min. Bagi Sung Jin ini peristiwa langka.
“Hyung, ck ck ck. Tak kusangka kau bisa cemburu.”
“Yak! Lee Sung Jin, kau masih di sana rupanya. Awas kau! Jangan lari. Yak yak!!!”
Sung Min bersiap mengahmpiri Sung Jin untuk merebut handycam. Dia tak ingin kejadian tadi tersebar di kalangan member. Namun Sung Jin lebih dulu berhasil kabur. Ha Neul tertawa melihat aksi kejar-kejaran kedua Lee.
Yah, dua tahun memang tak sebentar. Namun tak terlalu lama. Dia berjanji akan selalu menunggu Sung Min kembali. Dia yakin, tak hanya dirinya yang akan menunggu Sung Min. Tapi semua member Super Junior dan ELF di seluruh dunia pasti juga akan menunggunya. Mereka sudah bersama selama delapan tahun. Bagi Ha Neul, dua tahun tidaklah seberapa. Karena sampai kapanpun Sung Min tetaplah salah satu superman, bagi Ha Neul dan ELF.

---fin---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar