Title :
My Secret(ary) | Part 1
Author :
Yukihae
Main
Cast : Lee Gi Kwang (Beast)
– Han Yi Seul (OC)
Suport Cast :
Henry Lau, Shin Yeo Rin (OC)
Length :
Twoshoot
Genre :
Romance, Hurt/Comfort
Rated :
NC 19+
Disc :
Lee Gi Kwang, Henry Lau dan semua artis yang muncul di FanFict ini milik Tuhan,
orangtuanya dan seluruh fans di dunia. Original cast dalam cerita seutuhnya milik
author. Ide cerita murni dari otak author. Jika ada kemiripan jalan cerita, itu
hanya kebetulan semata tanpa ada unsur plagiat dari sumber lain. Don’t copast!
Don’t bash! Don’t don yang lain pokoknya!!! Kalo gak suka, gak usah baca. So
simple.
WARNING Typos dan kawan-kawannya!!! Alur yang ketebak
maupun feel yang datar, sedatar muka Jung Taek Won #abaikanbagianini ^^
FF pertama yang berunsur biru, meskipun tak sebiru samudera.
Alias birunya masih nanggung, meskipun bagi author ini udah menjurus banget. Special
author buat atas pesanan salah seorang teman. GiGit couple katanya, kkk~~
Aku tak peduli
apa kata orang. Satu hal yang pasti, aku mencintaimu. (Han Yi Seul)
Pesonamu
sangat sulit untuk aku lepaskan. Aku mohon, semua ini bukan sekedar harapan
kosong. (Lee Gi Kwang)
Biarlah aku
yang mengalah asalkan kalian bahagia. Itu cukup membuatku senang. (Henry Lau)
Sepantasnya
kau membenciku. Tapi jangan berubah karena kesalahanku padamu di masa lalu.
(Shin Yeo Rin)
---STORY BEGIN---
“Han Yi Seul, dengarkan aku
baik-baik. Aku tak akan mengulangi ucapanku. Jadi kuharap kau pasang telingamu
lebar-lebar. Saranghaeyo. Aku, Lee Gi
Kwang mencintai Han Yi Seul sepenuh hati. Dan mulai saat ini, Han Yi Seul, kau
gadisku. Tak ada namja lain yang
boleh menyentuhmu. Arratchi?”
Han Yi Seul mengercapkan matanya
berulang kali. Jemari tangannya terulur lalu mencubit pelan pipi kirinya.
Sakit. Tentu saja. Karena apa yang didengarnya bukanlah mimpi. Baru saja Lee Gi
Kwang, atasannya di kantor menyatakan cinta padanya. Dengan gaya khas Gi Kwang,
dia menyatakan perasaannya pada Yi Seul. Unik? Ah, lebih tepatnya jauh dari
kata romantis bagi Yi Seul. Namun sebaris kalimat yang diucapkan Gi Kwang mampu
membuat gadis bermarga Han itu merasa perutnya dipenuhi berjuta kupu-kupu.
***
Yi Seul berlari di sepanjang
trotoar. Tubuhnya yang proporsional berbalut setelan jas perpaduan warna merah
muda dan ungu. Warna kesukaannya. Heels setinggi tujuh centi melekat di kaki
jenjangnya yang putih. Rambutnya dibiarkan tergerai, sebuah bando berwarna
senada dengan bajunya tersemit indah di atas kepalanya. Menambah kecantikan
alami yang dimiliki gadis tersebut.
“Aish, aku terlambat.”
Sebuah umpatan meluncur dari bibir
tipisnya. Dia terus merutuki kesialan yang menimpanya di hari pertamanya masuk
kerja. Setelah lulus setengah tahun yang lalu. Dia bekerja serabutan. Entah menjadi
pramuniaga di Café, pengantar makanan, bahkan cleaning service di sebuah perusahaan besar. Akhirnya dia mendapat
panggilan kerja sesuai dengan ijasah sarjana miliknya.
“Permisi. Di mana ruangan Presdir
Lee?” sapa Yi Seul pada resepsionis.
“Apakah Anda sudah membuat janji
dengan beliau?”
“Saya mendapat panggilan kerja.
Sebagai sekretaris pribadi Presdir Lee.”
“Tunggu sebentar.” Resepsionis
tersebut mengangkat ganggang telpon lalu menghubungi seseorang. Kepalanya
mengangguk. Sedetik kemudian dia tersenyum ramah pada Yi Seul.
“Silahkan menuju lantai 5, nona.
Presdir Lee sudah menunggu kedatangan Anda.”
Yi Seul mengangguk hormat lalu
bergegas menuju lift. Saat dia akan menggapai tombol di dinding. Tanpa sengaja
tangannya bersentuhan dengan seseorang. Ditolehnya ke samping kanan. Seorang
pria bermata sipit dengan rahang tegas berdiri di sana. Wajah pria tersebut
sangat imut menurut Yi Seul.. Untuk sesaat dia melupakan tujuan utamanya.
“Sorry. Where are you going?”
“Nde? Fifth floor, please.”
Jawab Yi Seul gugup. Kemudian dia mengikuti pria tadi masuk ke dalam lift.
Sesekali dia mencuri pandang ke arah pria tampan di sampingnya.
“Nona, berhenti memandangiku. Atau
aku bisa saja melakukan tindakan kejam saat ini juga.”
“Mianhamnida. Saya tidak bermaksud seperti itu, tuan.”
“Hahaha. Nona, sepertinya kau
pegawai baru di sini. Geutji?”
“Nde. Ini hari pertama saya masuk
kerja.” Yi Seul menjawab lirih pertanyaan makhluk di sampingnya. Ada sedikit
ketakutan menghantuinya. Dia berharap pria ini bukan atasannya. Sungguh, dia
lebih baik menceburkan dirinya ke laut daripada harus menanggung malu karena
telah ketahuan memandangi pria itu sejak tadi. Sedangkan pria—yang menurut Yi
Seul—imut tersebut memasang senyum manis di wajahnya.
Tiba-tiba pria itu mencengkeram
bahu Yi Seul. Didorongnya tubuh Yi Seul hingga menempel di dinding lift. Yi
Seul meremas map di tangan kanannya. Jantungnya bertalu-talu. Apa yang akan
pria ini lakukan, batin Yi Seul berkecamuk. Wajah pria itu semakin mendekat ke
wajah Yi Seul. Sekuat tenaga Yi Seul menahan agar teriakannya tidak keluar.
Bodoh. Seharusnya disituasi seperti
ini Yi Seul berteriak. Tapi entah mengapa dia tidak mau melakukannya. Dia
menikmati tatapan sendu yang menghunus ke dalam manik matanya. Kemudian tatapan
itu beralih melihat bibir plum Yi Seul yang diolesi lipstick berwarna peach.
Membuat setiap pria ingin mencicipi bibir seksi miliknya. Perlahan tapi pasti
benda lunak itu menempel tepat di bibir Yi Seul.
Mulanya hanya menempel. Tak berapa
lama bibir merah muda milik sang pria terbuka. Mengecup lembut bibir Yi Seul.
Merasa tak ada penolakan, pria tersebut semakin berani. Digigitnya bibir bawah
Yi Seul membuatnya membuka mulut. Sebagai akses agar lidah pria imut itu dapat
menjelajah rongga mulutnya. Yi Seul mengerang tertahan menikmati sensasi yang
belum pernah dia rasakan selama hidupnya. Baru kali ini dia mendapat ciuman
lembut namun mampu menggetarkan gairahnya. Tangan si pria sudah beralih dari
bahu Yi Seul. Tangan kanannya mendorong tengkuk Yi Seul agar semakin menempel
ke wajahnya. Sedangkan tangan kirinya sudah menggerayangi punggung Yi Seul.
Menguarkan kehangatan yang menggoda.
“Fifth floor. Kau tak keluar, nona…” Sebuah suara membuyarkan
lamunan Yi Seul. Dia tertegun memperhatikan pria yang tadi di sampingnya sudah
berdiri di luar lift.
“Yi Seul. Han Yi Seul imnida. Bangapseumnida.”
“Nona Han? My name Henry. Nice to meet you too. Bye.”
Henry melangkah pergi dari hadapan
Yi Seul. Refleks tangannya mengelus dada pelan. Kelegaan menghinggapi relung
hati Yi Seul. Dia pun bergegas mencari ruangan Presdir Lee, pemilik Aces Lee Group.
Perusahaan yang berkecimpung dibidang fashion dan aksesoris.
Helaan nafas berhembus dari bibir
plum Yi Seul. Diketuknya pelan pintu di hadapannya. Tak ada sahutan dari
pemilik ruangan tersebut. Diketuknya sekali lagi, tetap tak ada sahutan. Yi
Seul bingung harus melakukan apa. Akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk ke
ruangan itu.
Nafasnya tercekat. Stopmap yang dia
pegang meluncur ke lantai. Demi ketampanan Lee Dong Hae member boyband Super
Junior, pemandangan seperti ini terlalu mengejutkan baginya. Dua orang pria
sedang duduk di atas sofa. Bukan karena itu dia kaget. Tapi posisi mereka. Pria
imut yang ditemui Yi Seul di dalam lift—Henry—sedang merangkul mesra seorang
pria bermata sipit di sebelahnya. Mereka saling menatap penuh makna.
Kedua pria itupun menoleh ke arah Yi
Seul. Seolah mengerti dengan kebingungan Yi Seul, pria imut tadi beranjak dari
tempatnya duduk lalu menghampirinya.
“Jadi kau sekretaris baru yang
diceritakan si pendek?” Ucap Henry penuh semangat. Sebuah senyuman terbentuk
dari sudut bibirnya. Senyum misterius. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu.
“Sebaiknya kau berhati-hati, nona.
Suasana hatinya sedang buruk. Sebentar lagi dia pasti mengamuk.” Bisik Henry
tepat ditelinga kanan Yi Seul. Mendengar peringatan yang dikatakan Henry, Yi
Seul menatap horror pada pria sipit tadi. Dia yakin pria yang duduk di sofa itu
adalah atasannya, Lee Gi Kwang.
“Kwang-ah, aku pergi. Rencana yang aku usulkan tadi, pikirkanlah sekali
lagi. Kurasa ide itu tak buruk. Bahkan kau bisa mendapat keuntungan berlipat
ganda.”
Henry melambai pada Gi Kwang.
Ditepuknya pelan pundak Yi Seul. Seolah berkata, “Semoga kau berhasil.”
Kemudian dia melempar wink. Tindakan
yang tak akan pernah dia sangka memiliki efek kejut berjuta volt pada Yi Seul.
Yi Seul mematung ditempatnya berdiri.
Menanti hukuman yang akan dia terima karena kesalahan yang dia buat. Dia cukup
sadar diri jika atasannya ini memarahinya.
“Han Yi Seul. Apa kau tidak punya
jam di rumahmu? Jam berapa ini? Dan kau baru datang? Lalu dengan tidak sopan
kau masuk ruanganku tanpa ijin?”
Pertanyaan yang diajukan Gi Kwang
terdengar sarkartis bagi Yi Seul. Meskipun Gi Kwang mengucapkan dengan intonasi
rendah, itu justru membuat Yi Seul semakin mengkeret.
Yi Seul, gadis itu paling tidak bisa jika harus berhadapan dengan pria. Hanya
berdua, tanpa ada orang lain. Keringat mulai menggenangi pelipisnya. Yi Seul
gugup.
“Kau bisu? Kenapa diam saja dan tak
menjawab pertanyaanku?”
“Mianhamnida, Presdir. Saya
bersalah.”
“Hanya itu yang bisa kau katakan.
Ini hari pertamamu kerja dan kau membuatku sangat kesal.”
Yi Seul semakin menundukkan
kepalanya. Tak berani menatap wajah atasannya. Jika saja mata Gi Kwang bisa
mengeluarkan laser, Yi Seul yakin saat ini dia sudah mati akibat tatapan
mengintimidasi dari Gi Kwang.
“Lupakan. Waktuku hanya akan
terbuang sia-sia. Sebaiknya kau pelajari semua map di atas meja itu.”
Gi Kwang mengedikkan dagunya ke
meja yang terletak di sebelah kiri Yi Seul. Meja kerja untuknya, pikir Yi Seul.
Setelah itu Gi Kwang memasuki ruangan lain di dalam ruangan ini. Ruangan yang
hanya dibatasi kaca sehingga Yi Seul dapat dengan jelas melihat perabotan di
dalamnya. Gi Kwang meraih ganggang telpon. Memencet salah satu tombol lalu
berbincang serius di sana.
Merasa percuma menunggu sapaan
halus dari atasannya. Yi Seul mendekati meja yang ditunjuk oleh Gi Kwang tadi.
Dia duduk perlahan di bangku putar yang disediakan. Diraihnya map paling atas.
Dia buka lembar demi lembar isi map tersebut. Seketika kepalanya diserang nyeri
luar biasa. Bukan sakit kepala biasa. Tapi dia sama sekali tak memahami tulisan
yang tertera dalam kertas-kertas tersebut.
TOK TOK TOK
Terdengar keras suara ketukan di
pintu. Yi Seul menatap kea rah Gi Kwang. Di saat bersamaan Gi Kwang sedang
melihat ke arahnya. Gi Kwang mengangguk memberi tanda untuk segera membukakan
pintu. Yi Seul beranjak dari bangkunya, berjalan sedikit tergesa ke pintu.
Setelah pintu terbuka separo, terlihat seorang wanita berdiri di sana.
Yi Seul memundurkan langkah,
memberi akses masuk untuk tamu dari atasannya. Wanita tersebut mengangguk
sepintas pada Yi Seul dan langsung dibalas anggukan pula oleh Yi Seul. Yi Seul
melirik ke ruangan Gi Kwang. Wanita itu berdiri di depan meja Gi Kwang. Yi Seul
tak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Karena tubuh wanita itu
membelakanginya dan menutupi sosok tampan Gi Kwang. Tunggu dulu. Apa baru saja
Yi Seul mengatakan tampan? Ck, sepertinya Yi Seul sudah memuji Gi Kwang.
Sedetik kemudian Yi Seul menggeleng cepat. Mengahpus imajinasi liar tentang
atasannya itu.
“Nona Han, kenalkan ini nona Shin.
Dia manajer bagian marketing. Dia akan mengajari semua yang perlu kau kerjakan.
Dan jika kau masih bingung dengan tugasmu, kau tanyakan saja padanya. Mengerti?”
Sikap angkuh Gi Kwang mengalahkan
ego Yi Seul. Didepan Gi Kwang, Yi Seul benar-benar dibuat mati kutu. Tapi demi
masa depannya, dia harus berusaha melewati semua ini. Yi Seul sudah keluar dari
semua pekerjaan paruh waktunya. Satu-satunya pekerjaan yang dia punya saat ini
hanyalah menjadi sekretaris dari Lee Gi Kwang.
---ooo---
Tak terasa sudah sebulan Yi Seul
bekerja di Aces Lee Group. Dia semakin mengenali karakter seorang Gi Kwang.
Pria yang polos, kadang suka membual dan sedikit manja. Sahabat dekatnya adalah
Henry. Sekaligus rekan bisnisnya dari Blue World perusahaan kenamaan asal
Canada yang dua tahun ini membuka cabang di Seoul. Eksekutif muda yang sering
terlihat menghabiskan waktu bersama Gi Kwang.
Dari beberapa teman wanita di
kantor, aku pun mendengar banyak gosip simpang siur. Entah dari mana sumbernya,
ada yang mengatakan jika Gi Kwang dan Henry sepasang kekasih. Mulanya Yi Seul
tak mempedulikan gosip murahan seperti itu. Tapi mata kepalanya beberapa kali
memergoki Gi Kwang sedang berduaan dengan Henry. Seperti saat pertama kali dia
bekerja di kantor ini. Akan tetapi hati kecilnya mengatakan jika apa yang
dilihatnya tak sepenuhnya benar.
“Yi Seul-ah.”
“Eonni.”
“Kau mau makan siang?”
“Nde. Eonni juga?”
“Hem, aku ada janji makan siang
dengan kekasihku. Kau mau ikut bersama kami. Dia sudah menungguku di lobi.”
Yi Seul nampak berpikir sejenak. Dia
merasa sungkan menganggu kencan pasangan kekasih ini. Tapi dia ingin
menghilangkan rasa penasarannya. Yi Seul ingin menanyakan gosip yang beredar
tersebut pada Yeo Rin. Sejak bekerja di kantor, hanya Yeo Rin yang dekat
dengannya. Yi Seul memang susah membaur. Tak heran jika dia belum banyak memiliki
teman.
---ooo---
“Eonni, aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Tapi kumohon kalian mau
merahasiakannya.” Yi Seul melirik ragu pada kekasih Yeo Rin.
“Tenang saja, Seul-ah. Zelo tak mengenal orang di kantor
kita. Dia tak mungkin membocorkannya. Benarkan, chagi?”
“Nde, noona benar. Cerita
saja Yi Seul-ssi. Anggap saja aku tak
ada di sini.”
Yi Seul dan Yeo Rin tergelak
mendengar Zelo merajuk. Pemuda itu ternyata masih saja berpikiran kekanakan.
Kedua wanita itu memiliki selisih umur 4 tahun dengan Zelo. Tak heran jika
terkadang Zelo bersikap manja. Yi Seul tak mengerti mengapa Yeo Rin bisa jatuh
cinta pada pria yang umurnya jauh lebih muda darinya.
“Em, aku mendengar rumor tak sedap
di kantor. Banyak pegawai wanita yang mengatakan jika Presdir Lee ada hubungan
special dengan eksekutif Lau.” Yi Seul memilih katanya agar terdengar sesopan
mungkin. Dan nada bicaranya pun terdengar sangat pelan agar tak didengar oleh pengunjung
lain.
Yeo Rin membeku, lidahnya kelu.
Pertanyaan polos yang meluncur dari mulut Yi Seul membuatnya diam. Dia bingung
harus menjelaskan apa pada rekan kerjanya yang sudah dianggap seperti adik
baginya. Yeo Rin tahu dengan pasti alasan dibalik tingkap Gi Kwang yang seperti
itu. Hanya saja dia tak punya hak untuk menjelaskan pada Yi Seul.
“Eonni…”
“O? Mengenai itu, hem, sebaiknya
kau menanyakan sendiri pada Presdir Lee.”
“Aish, maldo andwae. Mana mungkin aku bisa menanyakan langsung pada...”
“Menanyakan apa?”
Sebuah suara memotong ucapan Yi
Seul. Perlahan ditengoknya sosok yang berdiri di belakang Zelo. Dua pria dengan
setelan jas melekat pas ditubuh mereka menatap Yi Seul dan Yeo Rim bergantian.
“Henry-ssi.”
Akhirnya Yeo Rim mampu
mengembalikan kesadarannya terlebih dahulu. Sebuah senyuman kikuk dia tampilkan
di wajah cantiknya. Yi Seul dengan susah payah menelan makanan yang sedang dia
kunyah. Henry mendatangi Yi Seul lalu merangkul pundaknya. Sudut bibirnya
terangkat ke atas. Seringai khas Henry terukir di sana. Sedangkan Gi Kwang,
melotot tak percaya atas tindakan yang dilakukan Henry.
“Hey girl, long time no see. Seminggu ini aku balik ke Kanada. Aku
tak mengira kau semakin cantik, eoh?”
“Henry-ssi…”
“Nona Shin, apa kami boleh
bergabung di mejamu? Presdir Lee sudah sangat kelaparan dan semua meja di
restoran ini sudah penuh.” Tawar Henry mengabaikan kegugupan Yi Seul
“Yak!”
Gi Kwang protes dengan usulan
Henry. Memang benar dia sudah lapar, pagi ini dia lupa akan sarapannya. Hanya
saja tak perlu Henry membeberkannya di depan dua pegawai wanita ini. Yeo Rin
melirik Zelo, meminta persetujuan darinya. Melihat kebimbangan Yeo Rin,
akhirnya Zelo ikut angkat bicara.
“Tentu saja boleh. Biar aku
panggilkan pelayan untuk menambah kursinya.”
“Ah, Zelo-ssi. Thanks.”
Henry tak mengacuhkan tatapan
membunuh dari Gi Kwang. Dia duduk di bangku kosong yang tersedia. Membiarkan Gi
Kwang terus berdiri dan menunggu Zelo membawa pelayan yang menyediakan bangku
untuknya.
Setelah bertambah dua pria tampan,
meja itu justru menjadi hening. Suasana canggung menyelimuti mereka. Zelo dan
Yeo Rin saling melempar pandang. Henry dengan terang-terangan menunjukkan
perhatiannya pada Yi Seul. Sedangkan Gi Kwang? Dia makan dengan malas di
samping kiri Yi Seul. Entah bagaimana, Yi Seul bisa dudukdi antara Henry dan Gi
Kwang. Membuatnya tak berkutik.
---ooo---
Seminggu berselang, Henry dan Yi
Seul semakin dekat. Bahkan setiap jam makan siang, Henry selalu menjemput Yi
Seul dan mengajaknya makan bersama. Jangan tanya bagaimana reaksi Gi Kwang. Dia
teramat kesal. Dan setiap melihat tawa renyah Yi Seul saat bersama Henry, dia
marah tanpa sebab. Cemburu? Gi Kwang tak menyadari kemungkinan itu. Dia hanya
merasa Yi Seul menarik seluruh perhatian Henry darinya. Gi Kwang, dia kesepian.
---TBC---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar