Senin, 24 Februari 2014

[FanFiction] My Secret(ary) | Part 1



Title                      : My Secret(ary) | Part 1
Author                 : Yukihae
Main Cast            : Lee Gi Kwang (Beast) – Han Yi Seul (OC)
Suport Cast         : Henry Lau, Shin Yeo Rin (OC)
Length                  : Twoshoot
Genre                   : Romance, Hurt/Comfort
Rated                   : NC 19+
Disc             : Lee Gi Kwang, Henry Lau dan semua artis yang muncul di FanFict ini milik Tuhan, orangtuanya dan seluruh fans di dunia. Original cast dalam cerita seutuhnya milik author. Ide cerita murni dari otak author. Jika ada kemiripan jalan cerita, itu hanya kebetulan semata tanpa ada unsur plagiat dari sumber lain. Don’t copast! Don’t bash! Don’t don yang lain pokoknya!!! Kalo gak suka, gak usah baca. So simple.

WARNING Typos dan kawan-kawannya!!! Alur yang ketebak maupun feel yang datar, sedatar muka Jung Taek Won #abaikanbagianini ^^

FF pertama yang berunsur biru, meskipun tak sebiru samudera. Alias birunya masih nanggung, meskipun bagi author ini udah menjurus banget. Special author buat atas pesanan salah seorang teman. GiGit couple katanya, kkk~~

Aku tak peduli apa kata orang. Satu hal yang pasti, aku mencintaimu. (Han Yi Seul)
Pesonamu sangat sulit untuk aku lepaskan. Aku mohon, semua ini bukan sekedar harapan kosong. (Lee Gi Kwang)
Biarlah aku yang mengalah asalkan kalian bahagia. Itu cukup membuatku senang. (Henry Lau)
Sepantasnya kau membenciku. Tapi jangan berubah karena kesalahanku padamu di masa lalu. (Shin Yeo Rin)

---STORY BEGIN---

“Han Yi Seul, dengarkan aku baik-baik. Aku tak akan mengulangi ucapanku. Jadi kuharap kau pasang telingamu lebar-lebar. Saranghaeyo. Aku, Lee Gi Kwang mencintai Han Yi Seul sepenuh hati. Dan mulai saat ini, Han Yi Seul, kau gadisku. Tak ada namja lain yang boleh menyentuhmu. Arratchi?”
Han Yi Seul mengercapkan matanya berulang kali. Jemari tangannya terulur lalu mencubit pelan pipi kirinya. Sakit. Tentu saja. Karena apa yang didengarnya bukanlah mimpi. Baru saja Lee Gi Kwang, atasannya di kantor menyatakan cinta padanya. Dengan gaya khas Gi Kwang, dia menyatakan perasaannya pada Yi Seul. Unik? Ah, lebih tepatnya jauh dari kata romantis bagi Yi Seul. Namun sebaris kalimat yang diucapkan Gi Kwang mampu membuat gadis bermarga Han itu merasa perutnya dipenuhi berjuta kupu-kupu.
***


Yi Seul berlari di sepanjang trotoar. Tubuhnya yang proporsional berbalut setelan jas perpaduan warna merah muda dan ungu. Warna kesukaannya. Heels setinggi tujuh centi melekat di kaki jenjangnya yang putih. Rambutnya dibiarkan tergerai, sebuah bando berwarna senada dengan bajunya tersemit indah di atas kepalanya. Menambah kecantikan alami yang dimiliki gadis tersebut.
“Aish, aku terlambat.”
Sebuah umpatan meluncur dari bibir tipisnya. Dia terus merutuki kesialan yang menimpanya di hari pertamanya masuk kerja. Setelah lulus setengah tahun yang lalu. Dia bekerja serabutan. Entah menjadi pramuniaga di Café, pengantar makanan, bahkan cleaning service di sebuah perusahaan besar. Akhirnya dia mendapat panggilan kerja sesuai dengan ijasah sarjana miliknya.
“Permisi. Di mana ruangan Presdir Lee?” sapa Yi Seul pada resepsionis.
“Apakah Anda sudah membuat janji dengan beliau?”
“Saya mendapat panggilan kerja. Sebagai sekretaris pribadi Presdir Lee.”
“Tunggu sebentar.” Resepsionis tersebut mengangkat ganggang telpon lalu menghubungi seseorang. Kepalanya mengangguk. Sedetik kemudian dia tersenyum ramah pada Yi Seul.
“Silahkan menuju lantai 5, nona. Presdir Lee sudah menunggu kedatangan Anda.”
Yi Seul mengangguk hormat lalu bergegas menuju lift. Saat dia akan menggapai tombol di dinding. Tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan seseorang. Ditolehnya ke samping kanan. Seorang pria bermata sipit dengan rahang tegas berdiri di sana. Wajah pria tersebut sangat imut menurut Yi Seul.. Untuk sesaat dia melupakan tujuan utamanya.
Sorry. Where are you going?”
Nde? Fifth floor, please.” Jawab Yi Seul gugup. Kemudian dia mengikuti pria tadi masuk ke dalam lift. Sesekali dia mencuri pandang ke arah pria tampan di sampingnya.
“Nona, berhenti memandangiku. Atau aku bisa saja melakukan tindakan kejam saat ini juga.”
Mianhamnida. Saya tidak bermaksud seperti itu, tuan.”
“Hahaha. Nona, sepertinya kau pegawai baru di sini. Geutji?”
“Nde. Ini hari pertama saya masuk kerja.” Yi Seul menjawab lirih pertanyaan makhluk di sampingnya. Ada sedikit ketakutan menghantuinya. Dia berharap pria ini bukan atasannya. Sungguh, dia lebih baik menceburkan dirinya ke laut daripada harus menanggung malu karena telah ketahuan memandangi pria itu sejak tadi. Sedangkan pria—yang menurut Yi Seul—imut tersebut memasang senyum manis di wajahnya.
Tiba-tiba pria itu mencengkeram bahu Yi Seul. Didorongnya tubuh Yi Seul hingga menempel di dinding lift. Yi Seul meremas map di tangan kanannya. Jantungnya bertalu-talu. Apa yang akan pria ini lakukan, batin Yi Seul berkecamuk. Wajah pria itu semakin mendekat ke wajah Yi Seul. Sekuat tenaga Yi Seul menahan agar teriakannya tidak keluar.
Bodoh. Seharusnya disituasi seperti ini Yi Seul berteriak. Tapi entah mengapa dia tidak mau melakukannya. Dia menikmati tatapan sendu yang menghunus ke dalam manik matanya. Kemudian tatapan itu beralih melihat bibir plum Yi Seul yang diolesi lipstick berwarna peach. Membuat setiap pria ingin mencicipi bibir seksi miliknya. Perlahan tapi pasti benda lunak itu menempel tepat di bibir Yi Seul.
Mulanya hanya menempel. Tak berapa lama bibir merah muda milik sang pria terbuka. Mengecup lembut bibir Yi Seul. Merasa tak ada penolakan, pria tersebut semakin berani. Digigitnya bibir bawah Yi Seul membuatnya membuka mulut. Sebagai akses agar lidah pria imut itu dapat menjelajah rongga mulutnya. Yi Seul mengerang tertahan menikmati sensasi yang belum pernah dia rasakan selama hidupnya. Baru kali ini dia mendapat ciuman lembut namun mampu menggetarkan gairahnya. Tangan si pria sudah beralih dari bahu Yi Seul. Tangan kanannya mendorong tengkuk Yi Seul agar semakin menempel ke wajahnya. Sedangkan tangan kirinya sudah menggerayangi punggung Yi Seul. Menguarkan kehangatan yang menggoda.
Fifth floor. Kau tak keluar, nona…” Sebuah suara membuyarkan lamunan Yi Seul. Dia tertegun memperhatikan pria yang tadi di sampingnya sudah berdiri di luar lift.
“Yi Seul. Han Yi Seul imnida. Bangapseumnida.”
“Nona Han? My name Henry. Nice to meet you too. Bye.”
Henry melangkah pergi dari hadapan Yi Seul. Refleks tangannya mengelus dada pelan. Kelegaan menghinggapi relung hati Yi Seul. Dia pun bergegas mencari ruangan Presdir Lee, pemilik Aces Lee Group. Perusahaan yang berkecimpung dibidang fashion dan aksesoris.
Helaan nafas berhembus dari bibir plum Yi Seul. Diketuknya pelan pintu di hadapannya. Tak ada sahutan dari pemilik ruangan tersebut. Diketuknya sekali lagi, tetap tak ada sahutan. Yi Seul bingung harus melakukan apa. Akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk ke ruangan itu.
Nafasnya tercekat. Stopmap yang dia pegang meluncur ke lantai. Demi ketampanan Lee Dong Hae member boyband Super Junior, pemandangan seperti ini terlalu mengejutkan baginya. Dua orang pria sedang duduk di atas sofa. Bukan karena itu dia kaget. Tapi posisi mereka. Pria imut yang ditemui Yi Seul di dalam lift—Henry—sedang merangkul mesra seorang pria bermata sipit di sebelahnya. Mereka saling menatap penuh makna.
Kedua pria itupun menoleh ke arah Yi Seul. Seolah mengerti dengan kebingungan Yi Seul, pria imut tadi beranjak dari tempatnya duduk lalu menghampirinya.
“Jadi kau sekretaris baru yang diceritakan si pendek?” Ucap Henry penuh semangat. Sebuah senyuman terbentuk dari sudut bibirnya. Senyum misterius. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu.
“Sebaiknya kau berhati-hati, nona. Suasana hatinya sedang buruk. Sebentar lagi dia pasti mengamuk.” Bisik Henry tepat ditelinga kanan Yi Seul. Mendengar peringatan yang dikatakan Henry, Yi Seul menatap horror pada pria sipit tadi. Dia yakin pria yang duduk di sofa itu adalah atasannya, Lee Gi Kwang.
“Kwang-ah, aku pergi. Rencana yang aku usulkan tadi, pikirkanlah sekali lagi. Kurasa ide itu tak buruk. Bahkan kau bisa mendapat keuntungan berlipat ganda.”
Henry melambai pada Gi Kwang. Ditepuknya pelan pundak Yi Seul. Seolah berkata, “Semoga kau berhasil.” Kemudian dia melempar wink. Tindakan yang tak akan pernah dia sangka memiliki efek kejut berjuta volt pada Yi Seul.
Yi Seul mematung ditempatnya berdiri. Menanti hukuman yang akan dia terima karena kesalahan yang dia buat. Dia cukup sadar diri jika atasannya ini memarahinya.
“Han Yi Seul. Apa kau tidak punya jam di rumahmu? Jam berapa ini? Dan kau baru datang? Lalu dengan tidak sopan kau masuk ruanganku tanpa ijin?”
Pertanyaan yang diajukan Gi Kwang terdengar sarkartis bagi Yi Seul. Meskipun Gi Kwang mengucapkan dengan intonasi rendah, itu justru membuat Yi Seul semakin mengkeret. Yi Seul, gadis itu paling tidak bisa jika harus berhadapan dengan pria. Hanya berdua, tanpa ada orang lain. Keringat mulai menggenangi pelipisnya. Yi Seul gugup.
“Kau bisu? Kenapa diam saja dan tak menjawab pertanyaanku?”
“Mianhamnida, Presdir. Saya bersalah.”
“Hanya itu yang bisa kau katakan. Ini hari pertamamu kerja dan kau membuatku sangat kesal.”
Yi Seul semakin menundukkan kepalanya. Tak berani menatap wajah atasannya. Jika saja mata Gi Kwang bisa mengeluarkan laser, Yi Seul yakin saat ini dia sudah mati akibat tatapan mengintimidasi dari Gi Kwang.
“Lupakan. Waktuku hanya akan terbuang sia-sia. Sebaiknya kau pelajari semua map di atas meja itu.”
Gi Kwang mengedikkan dagunya ke meja yang terletak di sebelah kiri Yi Seul. Meja kerja untuknya, pikir Yi Seul. Setelah itu Gi Kwang memasuki ruangan lain di dalam ruangan ini. Ruangan yang hanya dibatasi kaca sehingga Yi Seul dapat dengan jelas melihat perabotan di dalamnya. Gi Kwang meraih ganggang telpon. Memencet salah satu tombol lalu berbincang serius di sana.
Merasa percuma menunggu sapaan halus dari atasannya. Yi Seul mendekati meja yang ditunjuk oleh Gi Kwang tadi. Dia duduk perlahan di bangku putar yang disediakan. Diraihnya map paling atas. Dia buka lembar demi lembar isi map tersebut. Seketika kepalanya diserang nyeri luar biasa. Bukan sakit kepala biasa. Tapi dia sama sekali tak memahami tulisan yang tertera dalam kertas-kertas tersebut.
TOK TOK TOK
Terdengar keras suara ketukan di pintu. Yi Seul menatap kea rah Gi Kwang. Di saat bersamaan Gi Kwang sedang melihat ke arahnya. Gi Kwang mengangguk memberi tanda untuk segera membukakan pintu. Yi Seul beranjak dari bangkunya, berjalan sedikit tergesa ke pintu. Setelah pintu terbuka separo, terlihat seorang wanita berdiri di sana.
Yi Seul memundurkan langkah, memberi akses masuk untuk tamu dari atasannya. Wanita tersebut mengangguk sepintas pada Yi Seul dan langsung dibalas anggukan pula oleh Yi Seul. Yi Seul melirik ke ruangan Gi Kwang. Wanita itu berdiri di depan meja Gi Kwang. Yi Seul tak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Karena tubuh wanita itu membelakanginya dan menutupi sosok tampan Gi Kwang. Tunggu dulu. Apa baru saja Yi Seul mengatakan tampan? Ck, sepertinya Yi Seul sudah memuji Gi Kwang. Sedetik kemudian Yi Seul menggeleng cepat. Mengahpus imajinasi liar tentang atasannya itu.
“Nona Han, kenalkan ini nona Shin. Dia manajer bagian marketing. Dia akan mengajari semua yang perlu kau kerjakan. Dan jika kau masih bingung dengan tugasmu, kau tanyakan saja padanya. Mengerti?”
Sikap angkuh Gi Kwang mengalahkan ego Yi Seul. Didepan Gi Kwang, Yi Seul benar-benar dibuat mati kutu. Tapi demi masa depannya, dia harus berusaha melewati semua ini. Yi Seul sudah keluar dari semua pekerjaan paruh waktunya. Satu-satunya pekerjaan yang dia punya saat ini hanyalah menjadi sekretaris dari Lee Gi Kwang.
---ooo---

Tak terasa sudah sebulan Yi Seul bekerja di Aces Lee Group. Dia semakin mengenali karakter seorang Gi Kwang. Pria yang polos, kadang suka membual dan sedikit manja. Sahabat dekatnya adalah Henry. Sekaligus rekan bisnisnya dari Blue World perusahaan kenamaan asal Canada yang dua tahun ini membuka cabang di Seoul. Eksekutif muda yang sering terlihat menghabiskan waktu bersama Gi Kwang.
Dari beberapa teman wanita di kantor, aku pun mendengar banyak gosip simpang siur. Entah dari mana sumbernya, ada yang mengatakan jika Gi Kwang dan Henry sepasang kekasih. Mulanya Yi Seul tak mempedulikan gosip murahan seperti itu. Tapi mata kepalanya beberapa kali memergoki Gi Kwang sedang berduaan dengan Henry. Seperti saat pertama kali dia bekerja di kantor ini. Akan tetapi hati kecilnya mengatakan jika apa yang dilihatnya tak sepenuhnya benar.
“Yi Seul-ah.”
Eonni.”
“Kau mau makan siang?”
Nde. Eonni juga?”
“Hem, aku ada janji makan siang dengan kekasihku. Kau mau ikut bersama kami. Dia sudah menungguku di lobi.”
Yi Seul nampak berpikir sejenak. Dia merasa sungkan menganggu kencan pasangan kekasih ini. Tapi dia ingin menghilangkan rasa penasarannya. Yi Seul ingin menanyakan gosip yang beredar tersebut pada Yeo Rin. Sejak bekerja di kantor, hanya Yeo Rin yang dekat dengannya. Yi Seul memang susah membaur. Tak heran jika dia belum banyak memiliki teman.
---ooo---

Eonni, aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Tapi kumohon kalian mau merahasiakannya.” Yi Seul melirik ragu pada kekasih Yeo Rin.
“Tenang saja, Seul-ah. Zelo tak mengenal orang di kantor kita. Dia tak mungkin membocorkannya. Benarkan, chagi?”
Nde, noona benar. Cerita saja Yi Seul-ssi. Anggap saja aku tak ada di sini.”
Yi Seul dan Yeo Rin tergelak mendengar Zelo merajuk. Pemuda itu ternyata masih saja berpikiran kekanakan. Kedua wanita itu memiliki selisih umur 4 tahun dengan Zelo. Tak heran jika terkadang Zelo bersikap manja. Yi Seul tak mengerti mengapa Yeo Rin bisa jatuh cinta pada pria yang umurnya jauh lebih muda darinya.
“Em, aku mendengar rumor tak sedap di kantor. Banyak pegawai wanita yang mengatakan jika Presdir Lee ada hubungan special dengan eksekutif Lau.” Yi Seul memilih katanya agar terdengar sesopan mungkin. Dan nada bicaranya pun terdengar sangat pelan agar tak didengar oleh pengunjung lain.
Yeo Rin membeku, lidahnya kelu. Pertanyaan polos yang meluncur dari mulut Yi Seul membuatnya diam. Dia bingung harus menjelaskan apa pada rekan kerjanya yang sudah dianggap seperti adik baginya. Yeo Rin tahu dengan pasti alasan dibalik tingkap Gi Kwang yang seperti itu. Hanya saja dia tak punya hak untuk menjelaskan pada Yi Seul.
Eonni…”
“O? Mengenai itu, hem, sebaiknya kau menanyakan sendiri pada Presdir Lee.”
“Aish, maldo andwae. Mana mungkin aku bisa menanyakan langsung pada...”
“Menanyakan apa?”
Sebuah suara memotong ucapan Yi Seul. Perlahan ditengoknya sosok yang berdiri di belakang Zelo. Dua pria dengan setelan jas melekat pas ditubuh mereka menatap Yi Seul dan Yeo Rim bergantian.
“Henry-ssi.”
Akhirnya Yeo Rim mampu mengembalikan kesadarannya terlebih dahulu. Sebuah senyuman kikuk dia tampilkan di wajah cantiknya. Yi Seul dengan susah payah menelan makanan yang sedang dia kunyah. Henry mendatangi Yi Seul lalu merangkul pundaknya. Sudut bibirnya terangkat ke atas. Seringai khas Henry terukir di sana. Sedangkan Gi Kwang, melotot tak percaya atas tindakan yang dilakukan Henry.
Hey girl, long time no see. Seminggu ini aku balik ke Kanada. Aku tak mengira kau semakin cantik, eoh?”
“Henry-ssi…”
“Nona Shin, apa kami boleh bergabung di mejamu? Presdir Lee sudah sangat kelaparan dan semua meja di restoran ini sudah penuh.” Tawar Henry mengabaikan kegugupan Yi Seul
“Yak!”
Gi Kwang protes dengan usulan Henry. Memang benar dia sudah lapar, pagi ini dia lupa akan sarapannya. Hanya saja tak perlu Henry membeberkannya di depan dua pegawai wanita ini. Yeo Rin melirik Zelo, meminta persetujuan darinya. Melihat kebimbangan Yeo Rin, akhirnya Zelo ikut angkat bicara.
“Tentu saja boleh. Biar aku panggilkan pelayan untuk menambah kursinya.”
“Ah, Zelo-ssi. Thanks.”
Henry tak mengacuhkan tatapan membunuh dari Gi Kwang. Dia duduk di bangku kosong yang tersedia. Membiarkan Gi Kwang terus berdiri dan menunggu Zelo membawa pelayan yang menyediakan bangku untuknya.
Setelah bertambah dua pria tampan, meja itu justru menjadi hening. Suasana canggung menyelimuti mereka. Zelo dan Yeo Rin saling melempar pandang. Henry dengan terang-terangan menunjukkan perhatiannya pada Yi Seul. Sedangkan Gi Kwang? Dia makan dengan malas di samping kiri Yi Seul. Entah bagaimana, Yi Seul bisa dudukdi antara Henry dan Gi Kwang. Membuatnya tak berkutik.
---ooo---

Seminggu berselang, Henry dan Yi Seul semakin dekat. Bahkan setiap jam makan siang, Henry selalu menjemput Yi Seul dan mengajaknya makan bersama. Jangan tanya bagaimana reaksi Gi Kwang. Dia teramat kesal. Dan setiap melihat tawa renyah Yi Seul saat bersama Henry, dia marah tanpa sebab. Cemburu? Gi Kwang tak menyadari kemungkinan itu. Dia hanya merasa Yi Seul menarik seluruh perhatian Henry darinya. Gi Kwang, dia kesepian.

---TBC---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar