Jumat, 28 Februari 2014

[FanFiction] My Secret(ary) | Part 2 – END



Title                      : My Secret(ary) | Part 2 – END
Author                  : Yukihae
Main Cast             : Lee Gi Kwang (Beast) – Han Yi Seul (OC)
Suport Cast          : Henry Lau, Shin Yeo Rin (OC)
Length                  : Twoshoot
Genre                   : Romance, Hurt/Comfort
Rated                    : NC 19+
Disc              : Lee Gi Kwang, Henry Lau dan semua artis yang muncul di FanFict ini milik Tuhan, orangtuanya dan seluruh fans di dunia. Original cast dalam cerita seutuhnya milik author. Ide cerita murni dari otak author. Jika ada kemiripan jalan cerita, itu hanya kebetulan semata tanpa ada unsur plagiat dari sumber lain. Don’t copast! Don’t bash! Don’t don yang lain pokoknya!!! Kalo gak suka, gak usah baca. So simple.

WARNING Typos dan kawan-kawannya!!! Alur yang ketebak maupun feel yang datar, sedatar muka Jung Taek Won #abaikanbagianini ^^

Aku tak peduli apa kata orang. Satu hal yang pasti, aku mencintaimu. (Han Yi Seul)
Pesonamu sangat sulit untuk aku lepaskan. Aku mohon, semua ini bukan sekedar harapan kosong. (Lee Gi Kwang)
Biarlah aku yang mengalah asalkan kalian bahagia. Itu cukup membuatku senang. (Henry Lau)
Sepantasnya kau membenciku. Tapi jangan berubah karena kesalahanku padamu di masa lalu. (Shin Yeo Rin)

---STORY BEGIN---

Seminggu berselang, Henry dan Yi Seul semakin dekat. Bahkan setiap jam makan siang, Henry selalu menjemput Yi Seul dan mengajaknya makan bersama. Jangan tanya bagaimana reaksi Gi Kwang. Dia teramat kesal. Dan setiap melihat tawa renyah Yi Seul saat bersama Henry, dia marah tanpa sebab. Cemburu? Gi Kwang tak menyadari kemungkinan itu. Dia hanya merasa Yi Seul menarik seluruh perhatian Henry darinya. Gi Kwang, dia kesepian.
Morning.”
“Hem.” Sapaan dari Henry hanya dijawab gumaman oleh Gi Kwang. Dahi Henry berkerut mendapati reaksi seperti itu.
Wae? Mengapa sikapmu aneh?”
Ani.”
Henry semakin bingung dengan sikap Gi Kwang. Tak mau mengambil pusing, dia beralih menuju meja Yi Seul. Gadis itu sedang sibuk mempelajari file presentasi siang ini. Tujuan Henry kemari bukan sekadar bermain. Dia ada rapat penting bersama Gi Kwang dan orang-orang penting di Acess Lee Group. Menindaklanjuti usulan Henry untuk mengadakan kerjasama mengenai fashion show bulan depan. Blue World bergerak dibidang periklanan akan sangat menunjang promosi yang dilakukan oleh perusahaan Gi Kwang.
“Yi Seul-ssi, istirahat makan siang…”
“Dia sudah ada janji denganku, kau tak boleh mengajaknya pergi.”

Henry menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Gi Kwang dengan seksama, senyum miring terukir jelas di sudut bibir Henry. Yi Seul yang mendengar perkataan Gi Kwang hanya bisa diam. Dia baru saja akan membuka mulut, namun ucapan Henry membuatnya kembali melongo.
“Benarkah? Tapi tadi malam saat ditelpon dia sudah berjanji akan pergi denganku.”
Gi Kwang sontak melotot tajam. Jika saja dia mempunyai kemampuan telekinesis, ingin rasanya melucuti pakaian Henry saat itu juga. Membuat lelaki berwajah imut itu malu di depan Yi Seul. Gi Kwang mencibir, beranjak dari tempat duduknya lalu keluar dari ruangan tersebut.
“Henry-ssi? Telpon? Yak, apa yang kau bicarakan. Jangan suka mengada-ada. Aku tidak mau Presdir salah paham dengan ucapanmu tadi.”
Henry menatap Yi Seul penuh sayang, “Sudahlah. Jangan khawatir. Aku justru senang jika dia salah paham.”
Yi Seul ingin membantah sekali lagi. Tapi Henry tak memberinya kesempatan untuk melakukan itu, dia pergi meninggalkan Yi Seul yang tengah kebingungan.
---ooo---

Ruangan segiempat dengan nuansa hijau tersebut tampak sedikit kacau. Ada pecahan vas bunga di lantai. Seorang lelaki terengah-engah, dihelanya nafas dengan kasar. Matanya merah karena menahan amarah. Dia, Gi Kwang tak mengerti mengapa harus kesal saat mengetahui Yi Seul akan pergi dengan Henry. Dia tak juga menyadari jika dirinya sudah tertarik dengan sekretaris cantik tersebut. Terdengar derit pintu yang terbuka. Gi Kwang tahu betul siapa yang menyusulnya kemari.
“Kau marah?”
“Marah? Tidak sama sekali.”
“Kalau begitu kau cemburu.”
Gi Kwang membalik tubuhnya. Dia mencibir pernyataan yang dilontarkan sahabatnya tersebut. “Apa katamu? Cemburu? Maldo andwae.”
“Apa susahnya menjawab jujur? Kau selalu saja mengelak. Tapi syukurlah kalau kau tak cemburu, berarti tak masalah jika aku menjadikan Yi Seul sebagai pacarku.”
“Henry-ah, neo…”
Wae?” tanya Henry dengan muka polosnya. Hal itu semakin membuat Gi Kwang kesal. Dia melengos pergi. Matanya memandang liar keluar jendela. Menemukan jawaban atas kebimbangan hatinya.
Ani. Aku tak menyangka seleramu seperti itu. Ck, apanya yang menarik dari sekretaris itu.”
“Hahaha. Kwang-ah, cinta tak butuh alasan.”
Aniya. Aku hanya heran. Gadis itu sama sekali jauh dari kata seksi. Matanya bulat. Pipinya bundar. Tinggi badannya kurang. Aish, tak ada bagus-bagusnya sama sekali.”
Henry tersenyum getir mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Gi Kwang. Dia semakin yakin jika dirinya kalah sebelum berperang. Bahkan sekretaris itu, Yi Seul, telah menambatkan hatinya pada sosok dingin di depannya ini. Jika tidak, mana mungkin dia takut Gi Kwang salah paham.
“Bahkan kau begitu memperhatikannya, akui saja Gi Kwang-ah. Aku pergi.”
Gi Kwang tersentak. Dia baru menyadari ada yang salah dengan dirinya. Untuk apa dia menjelaskan sedetail itu tentang Yi Seul. Gi Kwang merutuki kebodohannya.
---ooo---

Rapat berjalan lancar meskipun di tengah acara Gi Kwang dan Henry kembali berdebat.  Lee Company, manajemen ternama yang ikut bekerjasama dibuat pusing oleh kedua partner kerjanya ini.
“Maaf jika saya harus ikut campur. Tapi bisakah urusan pribadi tidak dibawa dalam bisnis. Ini sungguh menjengkelkan.” Ketus Lee Hong Bin, direktur utama dari Lee Company.
Yi Seul mengulum senyum. Dia senang ada yang berani menghentikan pertengkaran di antara Henry dan Gi Kwang. Dalam hati Yi Seul bersyukur, setidaknya dia tidak harus merasa bersalah. Dia sadar diri jika pertengkaran ini ada sangkut paut dengannya.
Gi Kwang memasang muka seolah tidak terjadi apa-apa. Selalu begitu. Menjaga wibawa di depan semua bawahannya. Keadaan Henry tak jauh berbeda. Dia mengambil map di depannya. Dibukanya lembaran yang ada di dalam map. Sesekali dia melirik jengah ke arah Gi Kwang.
Hong Bin yang sudah menahan amarah sejak tadi, mendengus kasar menyaksikan suguhan di hadapannya. Di sela kesibukannya, dia menyempatkan diri untuk hadir di tengah rapat ini. Biasanya dia akan menyuruh sekretaris pribadinya yang datang. Namun kekecewaan yang diperolehnya.
“Jika sudah tidak ada complain dari ketiga pihak. Kita akan akhiri rapat ini.” Ujar Yeo Rin di podium. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, berhenti sejenak saat sorot matanya bertemu dengan Gi Kwang.
Yi Seul yang sejak tadi memperhatikan rapat dengan seksama tak melewatkan moment itu. Ada rasa penasaran dengan arti tatapan Yeo Rin pada atasannya tersebut. Seolah menyiratkan kekhawatiran. Akan tetapi Yi Seul mencoba berpikir rasional. Mungkin saja Yeo Rin khawatir karena project ini dialah yang bertanggungjawab. Tugas dari seorang manajer marketing. Yah, seperti itu. Tak lebih. Sudut hati Yi Seul menyuruhnya untuk mempercayai kemungkinan itu. Dadanya mendadak sesak melihat Gi Kwang menatap sendu seperti itu. Dia… tak rela.
---ooo---

Acara fashion show diadakan di Jeju island. Yi Seul dan seluruh pegawai Aces Lee Group dibuat sibuk dengan persiapan untuk acara ini. Gi Kwang mondar mandir mengecek semua keperluan yang dibutuhkan. Sesekali dia memerintah staff untuk memindahkan barang-barang. Sebenarnya bukan hanya itu alasannya. Gi Kwang tengah mengawasi seseorang. Dia tak ingin kehilangan jejak wanita itu. Perasaan ingin melindungi dan memiliki wanita tersebut. Sial. Karena terlalu focus pada beberapa staff bagian perencanaan. Saat ini Gi Kwang kelimpungan mencari wanitanya. Tunggu dulu, kurang tepat rasanya menamai wanita tersebut sebagai wanitanya. Pada kenyataannya wanita itu bukan miliknya. Sudahlah, siapa peduli. Saat ini Gi Kwang benar-benar dibuat kelabakan mencari keberadaan wanita itu.
Gi Kwang mengitari villa. Sejak setengah jam lalu dia bolak-balik naik turun tangga mencari keberadaan wanita itu. Nihil. Sampai saat ini dia belum juga menemukan wanita tersebut. Gi Kwang nyaris putus asa. Dia membuang muka ke laut. Dari kejauhan dia melihat siluet tubuh seorang wanita duduk memandangi ombak. Gi Kwang segera turun dan berlari menghampirinya. Dia tak ingin lagi kehilangan wanita tersebut.
“Shin!”
Gi Kwang setengah berteriak. Nafasnya terengah-engah karena berlari. Merasa ada yang memanggil, wanita bernama Shin tadi menoleh ke belakang.
“Presdir.”
“Aku mencarimu… hah… ke mana-mana. Hah… hah…”
Gwaenhanayo? Presdir, aku akan mengambilkan air. Tunggu sebentar.”
Gi Kwang mencengkeram pergelangan tangan Yeo Rin. Ditatapnya lembut manik mata Yeo Rin. Ingin sekali dia membawa tubuh wanita ini ke pelukannya. Seperti dulu kala. Saat mereka masih bersama. Saat Yeo Rin menyandang gelar sebagai kekasih Gi Kwang.
“Pre… presdir. Jangan seperti ini. Kau… kau membuatku takut.”
Mian.” Gi Kwang segera melepas genggamannya. Dia berjalan mendekat ke batu karang lalu duduk di sana. Bingung harus melakukan apa, Yeo Rin mengikuti Gi Kwang. Dia duduk sedikit menjauh dari posisi Gi Kwang.
“Shin, rupanya kau masih ingat tempat ini.”
Hening. Tak ada sahutan dari hawa satu ini. Ada rasa tidak nyaman berduaan dengan Gi Kwang. Entahlah, hanya saja dia merasa ada yang salah dengan keadaan ini.
“Aku sengaja membuat acara tersebut dilaksanakan di sini. Aku ingin mengakhiri semuanya. Aku sadar, kau tak akan kembali lagi padaku. Pemuda yang ada di restoran saat itu, diakah kekasihmu?”
Yeo Rin melirik sekilas. Dia melihat saat ini Gi Kwang tengah memandangnya. Menunggu jawaban atas pertanyaannya. Yeo Rin menyerah, mungkin saat ini dia memang harus menjelaskan semuanya pada lelaki yang pernah mengisi hatinya tersebut.
Nde. Kau benar. Dia kekasihku, Zelo. Anak dari kepala polisi Choi. Kami sudah berteman sejak kecil. Dan sebenarnya aku memang menyukainya sejak remaja. Hanya saja perbedaan umur kami membuatku enggan mengakuinya. Sampai akhirnya aku memutuskan menerimamu sebagai kekasihku. Selalng dua bulan, tanpa Zelo ketahui jika aku sudah memiliki kekasih. Dia mengutarakan isi hatinya padaku. Dan aku… aku… aku tak bisa menolaknya. Karena memang dialah yang aku tunggu. Mianhae. Aku telah menyakitimu.”
“Lee, dengarkan aku. Kau boleh membenciku. Tapi jangan membuatmu berubah. Kau… terlalu baik untuk gadis seegois diriku.”
“Berubah? Memangnya apa yang berubah dariku.” Gi Kwang menatap bingung lawan bicaranya. Dia sama sekali tak merasa telah berubah.
“Lee, kau tahu. Ada banyak rumor yang mengatakan kalau kau…”
“Gay? Dengan Henry? Oh, ayolah Shin. Kau tahu semua itu tak benar.”
“Aku tahu. Tapi sikap kalian? Kau tidak sedang berpura-pura menjadi orang bodoh, bukan?”
Sejujurnya Gi Kwang sadar betul dengan rumor tersebut. Hanya saja dia malas menanggapi. Dia tak mau mengurusi hal seperti itu. Toh kedekatannya dengan Henry memang benar. Semakin disangkal justru akan semakin memperparah, karena itu dia memilih diam.
“Lee, carilah penggantiku. Banyak wanita yang menyukaimu. Wanita yang jauh lebih baik dariku. Dan tulus menyayangimu. Aku yakin, ada yang menyukaimu dirimu sebagai Lee Gi Kwang. Bukan sebagai Presdir dari Aces Lee Group. Hanya saja, kau belum menemukannya. Yah, aku yakin itu.”
Gi Kwang tersenyum mendengar penjelasan Yeo Rin. Kali ini dia akan melepaskan wanita ini. Sudah tak ada harapan lagi. Ada rasa sedih yang menyeruak, tapi dia juga merasakan kelegaan. Tanpa sebab, dia senang mendengar jika dia tak bisa lagi bersama dengan Yeo Rin.
“Eoh, Yi Seul-ah.”
Teriakan Yeo Rin menyadarkan lamunan Gi Kwang. Dia menengok cepat, mencari sosok yang baru saja dipanggil Yeo Rin. Sang sekretaris cantik berdiri mematung tak jauh dari tempat mereka duduk. Dia nampak terkejut, lalu cepat-cepat menampilkan senyuman. Senyum palsu. Terlihat sangat terpaksa. Kali ini, Gi Kwang merasa sesak melihatnya. Hatinya serasa dikoyak. Ada kekhawatiran. Dia takut Yi Seul salah paham padanya.
“Eonni, kau dicari oleh Hong Bin-ssi. Katanya dia ingin membicarakan mengenai beberapa hal mengenai artisnya.”
“Di mana dia?”
“Ada di aula, sedang gladi resik dengan seluruh model. Dan Presdir juga dicari Henry-ssi.”
“Baiklah, aku akan menemui Hong Bin. Saya permisi.” Tanpa menunggu persetujuan Gi Kwang, Yeo Rin melenggang pergi dari hadapan dua mahkluk beda jenis ini. Mereka berdua canggung satu sama lain. Yi Seul salah tingkah melihat Gi Kwang diam memandanginya. Seperti seorang singa yang tengah memburu mangsanya.
“Kau mendengarnya?” Gi Kwang bertanya sarkartis. Tatapannya tajam.
“Eh? Em… itu… itu…”
“Kau mendengar percakapan kami?” Gi Kwang menaikkan nada bicaranya. Sedikit membentak. Tindakan Gi Kwang barusan membuat Yi Seul semakin takut pada atasannya.
“Mianhamnida. Saya tidak bermaksud mengupng. Tadi… tanpa sengaja… saya… saya…”
Presdir muda tersebut begitu saja melenggang pergi, tak mendengarkan penjelasan Yi Seul lebih jauh. Dia kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Dia tak ingin melampiaskan amarah di depan sekretarisnya tersebut. Menghindar adalah cara terbaik untuk menyembunyikan perasaan dia sesungguhnya.
---ooo---

“Kau belum tidur?” sebuah sapaan terdengar di telinga Yi Seul. Di sampingnya seorang lelaki tampan membawa dua buah cangkir yang masih mengepul.
“Untukmu, coklat panas.”
“Terima kasih, Henry-ssi.”
“Langit di Jeju sangat indah. Kita bisa melihat bintang.”
“Hem, kau benar.” Yi Seul menyesap cangkirnya. Memberi kehangatan pada tubuhnya. Udara malam ini cukup dingin. Wajar saja, beberapa hari yang lalu musim dingin baru saja berakhir.
“Memikirkan sesuatu? Wajahnya terlihat muram.”
“Bukan masalah besar. Hanya sedkit penasaran dengan sesuatu.”
“Yi Seul-ah, wajahmu…”
Wae?” Yi Seul membelalak. Benda lembut berwarna pink itu mencium bibirnya. Tidak. Lebh tepatnya mengecup. Yah, Henry mengecupnya. Hanya menempel. Tidak ada pergerakan di sana. Tapi perbuatan Henry menimbulkan efek kejut luar biasa pada jantung Yi Seul.
“Hem, manis. Tadi ada coklat yang tertinggal di sudut bibirmu.”
Tanpa Yi Seul sadar ada seseorang yang mengawasi mereka. Seorang lelaki mengepalkan tangannya. Kakinya menendang tembok di depannya. Lelaki itu, Gi Kwang ingin memukul wajah Henry yang dengan kurang ajar mencium Yi Seul. Tunggu dulu. Mengapa dia kesal melihat Henry menciumnya? Bahkan Gi Kwang tak memiliki hubungan special dengannya selain sebatas atasan dan sekretarisnya.
Di satu sisi, Henry terkikik geli. Dia mengulum senyum. Ekspresi Yi Seul yang kaget terlihat sangat lucu. Selan itu raut kesal pada sahabatnya membuat dia senang. Fakta bahwa Gi Kwang memang mempunyai perasaan pada Yi Seul membuatnya bahagia sekaligus sedih. Sebenarnya dia sengaja mencium Yi Seul. Tak ada coklat di sana. Dia ingin menguji Gi Kwang. Dia berharap Gi Kwang akan kesal dan menghajarnya.
“Yi Seul-ah, aku rela mengalah asal kau berjanji akan bahagia bersamanya.”
Mworago? Apa maksud ucapanmu?”
“Aku tahu, kau menyukai Presdir dingin itu bukan?” Semburat merah muncul di kedua pipi Yi Seul. Membuat Henry gemas dan tak tahan untuk tidak mecubitnya.
“Kejarlah cintamu. Saat in dia pasti sedang sangat kesal. Tadi dia melihat kita berciuman.” Kata Henry kalem sambil mengedikkan dagu ke sudut di mana Gi Kwang tadi berada.
“Henry-ssi, kau tidak bercanda kan? Tapi mengapa aku harus mengejarnya?”
Pabo. Dia juga menyukaimu. Dia terlalu polos dan tidak menyadarinya.”
Yi Seul mematung. Otaknya bekerja lambat untuk mencerna ucapan dari Henry.
“Pergilah. Bujuk dia, jangan sampai dia marah. Acara besok bisa kacau kalau mood Lee Gi Kwang memburuk.”
Tanpa menunggu perintah lagi. Yi Seul berlari mencari keberadaan Gi Kwang. Saat dia sampai di titik Gi Kwang berada tadi, dia melihat punggung lelaki pendek tersebut berjalan tergesa ke kamarnya. Yi Seul memaksa kakinya menghampiri tubuh kekar tersebut.
Terlambat. Kakinya yang kalah pendek dari Gi Kwang membuatnya tertinggal cukup jauh. Saat ini Gi Kwang sudah masuk ke kamarnya. Y Seul dilema. Haruskah dia masuk? Tapi ini kamar pribadi. Sudahlah, sebaiknya dia menuruti perkataan Henry. Dia tidak ingin acara besok kacau. Anggap saja ini tanggung jawabnya sebagai seorang sekretaris.
Gi kwang baru saja menjatuhkan badannya di kasur saat sebuah ketukan terdengar dari pintu kamarnya. Sambil menggerutu dia menghampiri handel pintu. Dia terkejut mendapati Yi Seul yang sudah berdiri di depannya. Dia mundur beberapa langkah, memberi jalan pada Yi Seul untuk masuk. Merasa mendapat ijin, Yi Seul melangkah masuk sambil menunduk. Tak berani menatap Gi Kwang.
“Ada apa?” tanya Gi Kwang dengan kasar. Dia melangkah santai ke sofa, duduk bersedekap dan menatap Yi Seul datar.
“Tadi… di… di taman… kata…”
“Bicara yang jelas. Aku capek.”
Yi Seul memejamkan matanya. Kaget atas bentakan Gi Kwang. Dia semakin gugup bagaimana harus menjelaskan pada atasannya ini.
“Apa yang Presdir lihat tadi tidak sepenuhnya benar.” Jelas Yi Seul pelan. Jantungnya berdetak dua kali lipat.
“Salah lihat? Memangnya aku lihat apa? Hanya sepasang kekasih yang sedang melepas rindu. Yah, sepasang kekasih yang sedang berciuman.”
Ani. Bukan…”
“Yak, kau malam-malam kemari hanya ingin mengatakan jika kau punya hubungan khusus dengan namja asal Kanada itu? Kalau iya, sebaiknya kau keluar.”
“Itu… kata Henry tadi… Presdir pasti sedang marah. Ternyata… dia benar.”
Mwo? Marah? Untuk apa?”
“Karena… karena…”
“Yak! Sudah kukatakan untuk bicara yang jelas.”
“Karena kata Henry… Presdir menyukaiku.” Mata Gi Kwang membulat sempurna. Dia shock mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Yi Seul. Dan apa katanya tadi? Menyukainya?
Mwo? Menyukaimu. Huh, yang benar saja. Jangan terlalu percaya diri nona Han.”
“Ah, geurae. Seharusnya saya tidak terlalu percaya diri seperti itu. Bagaimana mungkin seorang Presdir perusahaan ternama menyukai gadis seperti saya. Ah, saya terlalu besar kepala. Kalau begitu saya permisi.”
Yi Seul hendak meraih handle pintu saat tiba-tiba tangannya dicengekeram kuat. Yi Seul menoleh, di sampingnya sudah berdiri Gi Kwang. Tatapan mata Gi Kwang sulit diartikan. Ada kebingungan, marah, tetapi terlihat sendu dan sedih. Belum sempat Yi Seul bertanya. Mulutnya sudah disumpal dengan bibir Gi Kwang.
Gi Kwang mencium kasar bibir plum milik Yi Seul. Tangan kanan Gi Kwang menekan tengkuk Yi Seul. Tangan kirinya menarik Yi Seul, membawanya agar mendekat ke tubuhnya. Menghimpit Yi Seul yang terjebak di antara pintu dan tubuh Gi Kwang. Dikulumnya dengan menggebu bibir merah muda milik Yi Seul. Tak ada penolakan dari Yi Seul. Seolah dia menerima perlakuan Gi Kwang.
`Kumohon semua ini bukan sekadar fantasiku semata,` ucap Gi Kwang dalam hati.
Mendapat ijin dari Yi Seul, Gi kwang semakin berani. Digigitnya bibir bawah Yi Seul agar terbuka. Memasukkan lidahnya dan mengabsen seluruh isi mulut wanita yang dicintainya tersebut. Yah, kini Gi Kwang sadar jika dia mencintai Yi Seul. Perasaan marah melihatnya bersama Henry karena dia cemburu.
Gi kwang menyesap lidah Yi Seul. Menikmati setiap pagutan yang mereka lakukan. Bahkan Yi Seul mulai membalas tindakannya. Tangan Yi Seul telah melingkar di leher Gi Kwang. Dia menggelayut manja atas kuasa Gi Kwang.
“Eunghh…” Sebuah erangan meluncur dari bibir Yi Seul. Membuat gairah Gi Kwang semakin naik. Tanpa melepas pagutan bibir mereka, Gi Kwang membopong tubuh Yi Seul ke ranjangnya. Hati-hati dia menjatuhkan Yi Seul di atas kasur. Posisi seperti ini membuat Gi Kwang dengan bebas mengeksploitasi Yi Seul.
Tangan kanan Gi Kwang mulai beraksi. Dirabanya punggung Yi Seul, membuat Yi Seul menggeliat geli. Terasa mulus. Entah sejak kapan tangan kekar tersebut sudah meyusup masuk di bawah blus lengan pendek yang Yi Seul kenakan. Sedangkan tangan kiri Gi Kwang mulai meraba paha Yi Seul yang tertutupi rok pendek selutut.
“Eunghh…” Yi Seul kembali melenguh mendapat perlakuan mesra dari Gi Kwang. Tak mau kalah, Yi Seul mulai membelai punggung Gi Kwang yang masih tertutupi kaos. Merambat ke depan, mengusap lembut dada bidang Gi Kwang.
“Yi Seul-ah, saranghae. Henry salah. Aku bukan sekedar menyukaimu, tapi aku mencintaimu.” Ujar Gi Kwang setelah melepas pagutan mereka. Nafas mereka terengah. Saling berebut oksigen untuk mengisi pasokan udara di paru-parunya.
Tak mau menunggu jawaban Yi Seul, Gi Kwang kembali memagut bibir tipis milik Yi Seul. Mereka kembali bercumbu. Menyalurkan hasrat terpendam yang tidak mereka ketahui sejak kapan mulai tumbuh di dada mereka. Satu hal yang pasti, mereka berdua saling mencintai.
***

“Han Yi Seul, apa jawabanmu? Kau menerimaku sebagai kekasihmu?”
“Terima. Terima. Terima.” Sorakan terdengar di seluruh ruangan. Setelah acara launching produk musim semi Acess Lee Group. Ada sebuah aksi gila dari Presdir perusahaan tersebut. Gi Kwang, menyatakan perasaan cintanya pada sekretarisnya. Sebuah tindakan yang menurut Yi Seul sangat memalukan. Tapi juga membuatnya senang.
“Yak, cepat jawab. Lututku sakit, Yi Seul-ah.”
“Kwang-ah, sepertinya Yi Seul tidak menyukaimu. Sebaiknya menyerah saja.”
“Diam kau Mochi. Jangan sampai buket bunga ini melayang ke wajah imutmu.”
Gelak tawa menggelegar dari semua mata yang melihat kejadian langka ini. Presdir yang selama ini dikenal dingin tengah berlutut demi seorang gadis.
“Presdir, berdirilah.” Yi Seul membantu Gi Kwang berdiri. Menggenggam lembut tangan atasannya tersebut.
“Mianhae Presdir. Tapi aku…. tidak bisa…”
“Wae? Apa kau sudah memiliki kekasih, tapi tadi malam…”
“Aku tidak bisa tidak menerimamu. Karena aku juga mecintai, Presdir.”
Riuh tepuk tangan mengiringi pelukan Gi Kwang dan Yi Seul. Mereka berdua tak memedulikan tatapan iri dari beberapa mata yang memandangnya. Siulan ringan juga terdengar di sela kebahagiaan sepasang kekasih ini.
“Aku tak peduli semua rumor yang ada. Perasaanku mengatakan semua itu salah, ternyata perasaanku benar. Dan aku rasa, aku tak salah jika aku mencintaimu.” Bisik Yi Seul tepat di telinga Gi Kwang.

---fin---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar